Untuk kedua kalinya, aku di undang Lembaga Wahana Visi Indonesia ADP Singkawang menjadi fasilitator kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan yang diselenggarakan 23-25 juli 2009 di Pondok Camping Pantai Pasir Panjang II. Panitia penyelenggaranya Forum Anak Daerah kota Singkawang yang sepenuhnya atas bimbingan dari Wahana Visi Indonesia ADP Singkawang. Sesi pertama yang kubawakan tentang Isu Hak dan Perlindungan Anak yang mengangkat tujuh isu besar mencakup kesehatan, pendidikan, HIV/AIDS, Akta Kelahiran, Traficking dan Partisipasi. Untuk itu, kugunakan kertas metaphone untuk mempermudah penjelasan tentang Hak Anak tersebut.
Pada waktu jam istirahat, mereka kuajak berdiri berpasangan, samping kiri pemandu jalan, samping kanan tutup mata. Mereka harus berjalan menuju meja konsumsi yang terletak agak jauh dari Aula kegiatan untuk mengambil makanan dengan tuntunan teman disebelahnya. Setelah sampai di meja konsumsi dan mengambil makanan, mereka bergantian menjadi penuntun dan yang di tuntun.
Setelah jam istirahat berakhir, ku bawa mereka ke tepi pantai untk role play dengan metode "Test Kejujuran" sebab sesuai aturan, pemimpin wajib menghargai keadaan dan lingkungannya. Ku tanamkan doktrin positif itu kepada seluruh peserta sebelum memulai permainan. Mereka terdiri dari remaja SMP dan SMA yang begitu antusias. role play tersebut berlangsung jam 15.15-16.45 wib. Setelah itu mereka beristirahat.
Kulanjutkan sesi jam 18.00-21.00 wib dengan isu global warming yang mengupas fakta dan penyebab terjadinya pemanasan global di bumi, salah satunya efek rumah kaca terbesar yakni industri peternakan. Kusertakan pula aksi lingkungan yang harus mereka terapkan seperti hemat air, hemat energi, mengurangi tumpukan sampah dunia, dan penghijauan mulai dari lingkungan terdekat kita. Setelah penjelasan itu, ku ajak mereka untuk menuangkan apresiasi mereka tentang penyelamatan bumi dengan membuat majalah dinding yang hiasannya berasal dari alam seperti ranting, pasir, daun kering dan rumput.
Hari kedua, sesiku hanya satu saja, refleksi. Kukumpulkan peserta di aula dengan mata tertutup kain dan saling berpegangan erat satu sama lain. Kutertibkan mereka dengan satu hak peserta saja yakni hanya mendengar tapi tidak boleh mengeluarkan suara sepatah katapun. Kusediakan lima titik pemberhentian, tapi rutenya hanya sekitar aula perkemahan saja.
Titik pertama, peserta dengan posisi berdiri di aula. Berceritalah aku tentang penyadaran akan arti kepemimpinan sebenarnya. Kemudian mereka berjalan perlahan dan tetap berpegangan tangan. Ku refleksikan mereka tentang keikutsertaan mereka selama dua hari di perkemahan yang berarti mereka layak dan dengan sungguh-sungguh berperan dalam pembentukan jati diri sebagai pemimpin masa depan.
Titik kedua, peserta dengan posisi jongkok. Kusinggung prilaku yang mereka cerminkan selama dua hari bahwa maih banyak yang melanggar kontrak belajar padahal sudah di sepakati dan dirumuskan bersama oleh dan untuk peserta. Hanya satu hukuman disiplin yang aku terapkan yaitu motivasi. Hal kecil yang dapat menjadi pukulan hebat jika diabaikan.
Titik ketiga, peserta dengan posisi berbaring. Ku ajak mereka memperbaiki keadaan. Gagal bukan berarti tidak bisa mencoba lagi. Yang menjadi objek moral adalah kesadaran dan peran serta peserta dalam berkarya. tapi jika pengendalian diri tersebut belum muncul sepenuhnya, pelatihan kepemimpinan ini akan berakhir dengan sia-sia. Mulai ku ajak mereka untuk intropeksi diri, mengapa mudah emosi, jarang mengampuni kesalahan orang lain, selalu menolak ketika di beri tugas dan menyalahgunakan kepercayaan orang tua.
Titik ke empat, peserta dengan posisi telungkup. Ku ajak mereka menemukan alasan mengapa ikut serta dalam Latihan Kepemimpinan. Apakah hanya ingin berlibur saja, ataukah hanya ingin lari dari rutinitas sekolah. Aku tidak tahu. Kutumbuhkan kesadaran mereka untuk siap menerima yang terjadi dan selalu bersyukur dengan apa yang sudah terjadi. Sebab jika mereka hanya menjadi pendengar dan penonton saja, mereka tidak akan jadi apa-apa.
Titik terakhir, semua peserta duduk bersila. Kuluapkan perasaan capek panitia dan peserta. Kugambarkan dengan pengorbanan yang sia-sia. Ku ajak mereka menjadi pribadi yang santun dan tegar saat menghadapi cobaan. Ku ajak mereka merenung dan dengan hentakan suaraku, ketegaskan mereka dengan bersama-sama mengangkat kepalan tangan ke atas dan berseru lantang "Aku Anak Indonesia yang kreatif, Inovatif, Unggul dalam menghadapi tantangan masa depan".
Setelah waktu ku rasa cukup, dengan hitungan ke tiga, ku ajak mereka mata bersamaan disertai hidupnya lampu Aula. Mereka kemudian ku ajak membakar permohonan dan harapan akan nasib anak Indonesia di luar sana yang haknya belum terpenuhi. Mereka membakar kertas permohonan di api lilin yang sudah tersedia.
Akhir dari pertemuan itu, dua orang peserta yang berulang tahun pada hari itu meniup lilin yang di sertai dengan sayup-sayup nyanyian peserta dan panitia lain di aula itu. Suasana jadi penuh haru dan hangat akan kebersamaan.
Pada waktu jam istirahat, mereka kuajak berdiri berpasangan, samping kiri pemandu jalan, samping kanan tutup mata. Mereka harus berjalan menuju meja konsumsi yang terletak agak jauh dari Aula kegiatan untuk mengambil makanan dengan tuntunan teman disebelahnya. Setelah sampai di meja konsumsi dan mengambil makanan, mereka bergantian menjadi penuntun dan yang di tuntun.
Setelah jam istirahat berakhir, ku bawa mereka ke tepi pantai untk role play dengan metode "Test Kejujuran" sebab sesuai aturan, pemimpin wajib menghargai keadaan dan lingkungannya. Ku tanamkan doktrin positif itu kepada seluruh peserta sebelum memulai permainan. Mereka terdiri dari remaja SMP dan SMA yang begitu antusias. role play tersebut berlangsung jam 15.15-16.45 wib. Setelah itu mereka beristirahat.
Kulanjutkan sesi jam 18.00-21.00 wib dengan isu global warming yang mengupas fakta dan penyebab terjadinya pemanasan global di bumi, salah satunya efek rumah kaca terbesar yakni industri peternakan. Kusertakan pula aksi lingkungan yang harus mereka terapkan seperti hemat air, hemat energi, mengurangi tumpukan sampah dunia, dan penghijauan mulai dari lingkungan terdekat kita. Setelah penjelasan itu, ku ajak mereka untuk menuangkan apresiasi mereka tentang penyelamatan bumi dengan membuat majalah dinding yang hiasannya berasal dari alam seperti ranting, pasir, daun kering dan rumput.
Hari kedua, sesiku hanya satu saja, refleksi. Kukumpulkan peserta di aula dengan mata tertutup kain dan saling berpegangan erat satu sama lain. Kutertibkan mereka dengan satu hak peserta saja yakni hanya mendengar tapi tidak boleh mengeluarkan suara sepatah katapun. Kusediakan lima titik pemberhentian, tapi rutenya hanya sekitar aula perkemahan saja.
Titik pertama, peserta dengan posisi berdiri di aula. Berceritalah aku tentang penyadaran akan arti kepemimpinan sebenarnya. Kemudian mereka berjalan perlahan dan tetap berpegangan tangan. Ku refleksikan mereka tentang keikutsertaan mereka selama dua hari di perkemahan yang berarti mereka layak dan dengan sungguh-sungguh berperan dalam pembentukan jati diri sebagai pemimpin masa depan.
Titik kedua, peserta dengan posisi jongkok. Kusinggung prilaku yang mereka cerminkan selama dua hari bahwa maih banyak yang melanggar kontrak belajar padahal sudah di sepakati dan dirumuskan bersama oleh dan untuk peserta. Hanya satu hukuman disiplin yang aku terapkan yaitu motivasi. Hal kecil yang dapat menjadi pukulan hebat jika diabaikan.
Titik ketiga, peserta dengan posisi berbaring. Ku ajak mereka memperbaiki keadaan. Gagal bukan berarti tidak bisa mencoba lagi. Yang menjadi objek moral adalah kesadaran dan peran serta peserta dalam berkarya. tapi jika pengendalian diri tersebut belum muncul sepenuhnya, pelatihan kepemimpinan ini akan berakhir dengan sia-sia. Mulai ku ajak mereka untuk intropeksi diri, mengapa mudah emosi, jarang mengampuni kesalahan orang lain, selalu menolak ketika di beri tugas dan menyalahgunakan kepercayaan orang tua.
Titik ke empat, peserta dengan posisi telungkup. Ku ajak mereka menemukan alasan mengapa ikut serta dalam Latihan Kepemimpinan. Apakah hanya ingin berlibur saja, ataukah hanya ingin lari dari rutinitas sekolah. Aku tidak tahu. Kutumbuhkan kesadaran mereka untuk siap menerima yang terjadi dan selalu bersyukur dengan apa yang sudah terjadi. Sebab jika mereka hanya menjadi pendengar dan penonton saja, mereka tidak akan jadi apa-apa.
Titik terakhir, semua peserta duduk bersila. Kuluapkan perasaan capek panitia dan peserta. Kugambarkan dengan pengorbanan yang sia-sia. Ku ajak mereka menjadi pribadi yang santun dan tegar saat menghadapi cobaan. Ku ajak mereka merenung dan dengan hentakan suaraku, ketegaskan mereka dengan bersama-sama mengangkat kepalan tangan ke atas dan berseru lantang "Aku Anak Indonesia yang kreatif, Inovatif, Unggul dalam menghadapi tantangan masa depan".
Setelah waktu ku rasa cukup, dengan hitungan ke tiga, ku ajak mereka mata bersamaan disertai hidupnya lampu Aula. Mereka kemudian ku ajak membakar permohonan dan harapan akan nasib anak Indonesia di luar sana yang haknya belum terpenuhi. Mereka membakar kertas permohonan di api lilin yang sudah tersedia.
Akhir dari pertemuan itu, dua orang peserta yang berulang tahun pada hari itu meniup lilin yang di sertai dengan sayup-sayup nyanyian peserta dan panitia lain di aula itu. Suasana jadi penuh haru dan hangat akan kebersamaan.
0 tanggapan:
Posting Komentar