PUBLISHED BY

alamuda

DESIGNED BY

jangan paksa aku berjalan jika aku ingin terbang

19 September 2008

PENGALAMAN SEHARI

kemarin saia diberhentikan Polisi Jalan Raya tepat di bundaran Hotel Garuda. Mungkin hanya gara-gara tampang saia seperti anak ingusan, jadi di Stop.

"Surat-suratnya ada?"
"Ada kok, di dalam jok"

Mukanya sengaja di bikin sangar. Biar pengendara segan, mungkin.
Saia berikan STNK dan SIM pada beliau, trus beliau berlagak baca, meneliti mungkin.
Tiba-tiba alisnya naik, di pandangnya wajah saia.

"Tinggal di Gang Brata? Komplek POLRI ya?"kata beliau.
"Iya"
"Anak siapa?"tanyanya lagi.
"Pak Suprapto"

Beliau cepat-cepat menyerahkan SIM dan STNK saia. Sambil bilang
"Nanti,kalau keluarganya ada yang anggota POLRI, cepat-cepat bilang, biar tidak di tilang"
saia cuma angguk-angguk, pura-pura mengerti. Trus langsung melanjutkan perjalanan.

(NB: Padahal Nama Bapak saia bukan Suprapto tapi Ahmadi, hehe, makanya kalo mau cari sampingan, jangan nipu orang, jadinya malah situ yang kena tipu saia)

Selanjutnya...

AIR DI TANAH AIR

Photo ini mengingatkan saia pada indigo. Apakah saia salah satu dari orang yang seperti itu? Air memberikan kita kehidupan. kehidupan dimana seluruh makhluk hidup juga memerlukannya. Kondisi air sekarang tidak mementu. Terkadang hujan turun lebat sekali hingga mengakibatkan banjir di sekitar. Kadang pula tidak setetespun air yang mau menghampiri sebab kemarau masih berlangsung. Itu karena perusakan alam sekitar yang kita lakukan dengan sengaja tapi sungguh kita tidak menyadarinya. Kita semua sebenarnya berasal dari manusia yang bisa mengubah keadaan, tapi banyak dari kita yang tidak melakukan perubahan.




Selanjutnya...

SALAH KAOS ATAU SALAH PEMILIK?

Aku sibuk memandang orang yang berlalu hilir mudik hari itu. Tiba-tiba, mataku tiba-tiba menangkap bacaan menarik pada kaos yang dipakai seseorang. “PENJAHAT KELAMIN”. Ya Tuhan, aku tersenyum sendiri membacanya lalu ku pandangi wajahnya. Wow, wajahnya manis dengan tampilan modern. Sesuai pandanganku, tidak sedikitpun terbersit kesan nakal atau binal di wajahnya. Apa dia tahu arti tulisan itu?.

Bukan sekali ini saja aku bertemu dengan kaos bertuliskan hal diluar dugaan macam itu. Kali itu malah lebih gawat: “Click this if you want to see me naked”. Ya Tuhan, tulisan tersebut bisa saja mengundang chaos, kekacauan publik, membuat praduga orang akan si pemakai kaos memang orangnya seperti itu, padahal belum tentu.

Berada di tempat umum dengan memakai baju provokatif model itu, tidakkah berbahaya. Potensil mengundang pelecehan, mengingat aturan hukum tentang hak-hak perempuan yang kurang kuat. Coba kalau ada yang usil bertanya, “Really?”. Atau nekat berkomentar tidak diinginkan si pemakai kaos, kan bahaya.

Boleh jadi baju tersebut dibeli di luar negeri sana yang budaya, kebiasaan, etika, dan hukumnya liberal, bebas, bahkan terlalu bebas. Atau bisa jadi ikut-ikutan trend jaman sekarang trus di sablon sendiri dengan penyalahgunaan kosakata.

Aku ingat beberapa bulan silam ketika berpapasan dengan seorang perempuan yang mengenakan kaos tipis, belahan rendah, sehingga sesuatu yang membongkah dibaliknya nyaris tersingkap. Yang bikin terkesima, tulisan di kaos itu: “Not just for baby only!". Alamaaakkk.... tulisan itu pasti membuat para cowok binal pengen netek.

Ini sekilas informasi untuk siapa saja yang senang dengan kaos bertulisan, cobalah untuk tidak memilih kaos dengan tulisan yang norak, mengundang kontroversi serta hanya membuat omongan miring dari orang yang membaca. Jika itu memang tetap terjadi, buat apa mengaku warga Indonesia yang santun dan berbudaya.

Selanjutnya...

18 September 2008

BERBAGI, TIDAK PERNAH RUGI

Dihadapkan dengan kenyataan bahwa berbagi adalah suatu yang menjurus pada keikhlasan seseorang, maka barang sekecil apapun yang kita punya akan sangat bernilai pastinya. Soal berapa banyak jumlah,kita tidak harus tahu berapa. Yang saia tahu pasti, hal tersebut tidaklah rugi. Sebab, masih banyak orang yang memerlukan uluran tangan serta bantuan.

Trik tersebut memang sangat sulit, apalagi bagi orang ekonomi, itu malah di anggap sebagai pemborosan. Bahkan, sering ada beberapa kesempatan mengucapkan syukur, lalu saat seperti itu pula lah yang kita jadikan sedekah dari rahmat Tuhan dengan membagi-bagikan apa yang telah kita punya. Selama kita masih mampu untuk bertindak dan berbuat baik, mengapa tidak kita lakukan. Lebih dari sekedar mempertanyakannya namun mengerjakannya. Berbagi ibarat kata dari sedekah yaitu perbuatan tidak ingin bersaing. Rezeki sudah ada yang mengatur, tapi harus tetap dicari keberadaan rejeki itu sendiri, makanya kita dituntut harus bekerja.

Selanjutnya...

16 September 2008

NASI BEKAL

Untuk kesekian kalinya saia duduk di depan monitor laptop dengan mata yang makin memerah. Jam dinding tidak henti-hentinya mengingatkan bahwa saia harus menghentikan kegiatan mengetik. Sudah setengah dua sore rupanya. H382 saia bergetar, kelihatannya ada SMS masuk. Sambil menuju ke WC untuk pipis, saia buka SMS itu. "kuliner yuk,bentar lagi saia jemput" ada seorang teman baik yang mau traktir, tumben hari gini. Saia buru-buru mandi. Tak lama dia datang. "Udah siap?" Saia mengangguk lalu berlagak minta dibonceng (soalnya biasanya saia yang bonceng). Tanpa basa-basi, Kemudian kami langsung tancap gas menuju wisata kuliner.

Waktu menunjukkan pukul lima sore, tapi kami masih saja mencari tempat yang nyaman untuk berkuliner ria. Perut saia sudah dangdutan dari tadi. Sangat tragis memang, tapi perjuangan untuk mendapatkan tempat yang pantas masih belum memberikan sinyal. Tiba-tiba motor terhenti. "Kayaknya bensin habis" katanya sambil turun. Saia tertawa tertahan. Nasib kami memang sama. Motor perlu bahan bakar buat jalan. Saia perlu isi perut buat tambah tenaga. Teman saia juga perlu isi bahan bakar buat otaknya, hehe. Dongkol saia. Emosi saia terpaksa disimpan, soalnya gak baik juga untuk kesehatan. Emosi tersebut saia tampung untuk menghabiskan makanan,biar tangkas tangannya.

Setelah menggilir acara dorong-dorongan motor, kami menemukan kios bensin kecil. Saia melepas lelah dibangku lusuh di samping kios tersebut. Keringat berlomba dengan rasa capek. Hehe, nasib mujur. Pemilik kios itu menyodorkan kue dalam rantang. Katanya sih bekal yang sengaja disiapkan istrinya dari rumah.

Saia jadi teringat dengan kebiasaan saia sewaktu masih duduk di Sekolah Dasar (SD) sampai meninjak bangku Kuliah. Ibu tidak pernah absen untuk membungkuskan bekal walaupun isinya hanya nasi putih dan sambal goreng. Nasi bekal buatan beliau tersebut yang menghantarkan saia menjadi orang sukses seperti sekarang.

Rindu sebenarnya kalo mengingat itu semua. Sekarang ibu sudah jarang membuatkan nasi bekal untuk saia. Tupper wear tempat menyimpan nasi bekal juga masih ada di kamar, tidak disimpan kemana-mana. Anggap saja itu nostalgia saia dan keluarga.

(Itu makanya saia terpaksa tidak meneruskan cerita ini, takut bernostalgia sendiri)

Selanjutnya...

15 September 2008

PANTI JOMPO

Senyuman mereka menyambut kedatangan kami dengan damai. Kalimat "mari masuk" pertama kali yang khas ku dengar di kalangan masyarakat Indonesia ketika tamu datang berkunjung. Tapi kami bukan tamu, bukan pula





Selanjutnya...

11 September 2008

BAGAIMANA CARANYA

Itulah aku dan keseharianku. Bagaimana aku menahan rasa sakit tanpa membaginya dengan siapapun, karena yang ku tahu, waktu tidak pernah tepat untuk berbagi setiap hal yang menurutku rahasia raga. Sangat tabu bagiku mengungkap masalah sendiri. aku tidak pernah menyesal jika harus menjadi abu ataupun pudar bagai warna kelabu. Aku cinta engkau dan kau harus menyadari itu sendiri tanpa harus kuucapkan dari kisah ini. Ada sedikit rasa malu untuk meyakinkan padamu tentang hal ini. Aku juga tidak ingin ada orang yang memilikimu kecuali aku.

Jika menyimpan perasaan ku terlalu lama, hati ku bakal tersayat. melihat engkau dengan orang lain. Tapi aku tidak bisa berbuat apapun, karena aku memang tidak pernah berusaha apapun untuk mendapatkan hatimu. Daripada aku menyesal pada akhirnya nanti, sampai sekarang aku memendamnya. Saat dekat denganmu, atau berbenturan mata denganmu, rasa tentram itu tumbuh subur dengan sendirinya. Tapi tetap saja saat itu pula aku menutupi perasaan itu, tidak terjadi apa-apa. padahal mungkin secara tidak sadar bahwa mungkin perasaan kita sama, tapi tidak ada satupun dari kita untuk berani mengungkapkannya duluan. sehingga kita tidak menyadari di depan kita ada "cinta".

Selanjutnya...

10 September 2008

BOSAN

Anda merasa kehidupan sehari-hari Anda bersifat rutin, biasa-biasa saja. Tidak ada lagi sesuatu yang membuat anda tersenyum dan riang. Kemudian Anda menginginkan sesuatu yang tak biasa, sesuatu yang luar biasa terjadi pada Anda. Anda menginginkan sebuah kehidupan yang lain dari kehidupan Anda saat ini. Anda menjadi sering melamun, atau mengantuk jika Anda terpaksa harus menghadapi kenyataan sehari-hari. Kebosanan merupakan gejala sehari-hari yang menghinggapi banyak orang, terutama orang-orang yang hidup di alam modern. Perhatikan anak-anak sekolah, atau mahasiswa ketika berada di ruang kelas. Mereka menguap, mengantuk, mencorat-coret sesuatu di kertasnya bahkan di mejanya.

Hal yang sama juga terjadi pada banyak pekerja. Dalam situasi seperti itu, yang diinginkan adalah hiburan dan sensasi. Tidak mengherankan jika dunia entertainment menjadi laku keras. Orang menginginkan hiburan, barang-barang bergemerlapan untuk melupakan kebosanan. Para pembosan adalah budak yang baik untuk industri hiburan, makanan kecil serta barang-barang mewah.

Lebih ekstrem lagi, untuk lari dari kebosanan orang melakukan petualangan-petualangan liar (kalau tidak secara nyata sekurang-kurangnya berimajinasi melakukannya). biasanya berkaitan dengan hal-hal yang dapat dengan mudah membangkitkan gairah, yakni hal-hal ber adrenaline (menonton film horor, mengkonsumsi berita pembunuhan atau melakukan hal-hal yang membahayakan lainnya), seks (berganti-ganti pacar, berselingkuh, nonton film porno, membaca novel romantis) atau makanan (melakukan petualangan kuliner, ingin makan apa saja atau menanti-nantikan pak Bondan bilang maknyus,hehe...). Ketiga tombol itu lebih mudah menimbulkan gairah ketimbang hal-hal lainnya karena proses evolusi manusia tergantung pada kapasitas.

Konsekuensi lain dari kebosanan adalah depresi. Orang yang mengalami kebosanan terus-menerus merasa menjadi tak berdaya. Merasa hidupnya tak berarti. Selain itu, orang-orang yang sering merasa bosan juga cenderung tidak dapat memaksimalkan kemampuannya dalam pekerjaan maupun prestasi akademik. Bersiap-siaplah menjadi seorang medioker, pemurung atau pecandu narkoba.

Hal itulah, makanya penulis menyikapi hal tersebut dengan dimulai dengan pertanyaan mengapa bosan. Salah satu sudut pandang yang dapat dipakai untuk menjawab pertanyaan di atas adalah psikoanalisis. Orang menjadi bosan karena merasa dirinya tidak tertampung terhadap realitas yang dihadapi atau aktivitas yang dikerjakannya. Ia seperti menghadapi sesuatu yang bukan dirinya yang dipaksakan oleh kekuatan-kekuatan di luar dirinya. Dalam sudut pandang wajar, kebosanan menjadi dekat dengan rasa terasing dengan diri sendiri. Contohnya para pekerja, mengerjakan suatu barang yang tidak diinginkannya, tetapi yang diinginkan oleh majikannya. Rasa bosan itu diperkuat oleh sifat monoton pekerjaan. Berbeda sekali dengan bagaimana seorang seniman bekerja. Ia menjadi perancang karyanya, memberikan cita rasa diri di dalam karya yang dikerjakannya.

Hal diatas menggambarkan bagaimana seseorang berhubungan dengan aktivitasnya. Hubungan kita dengan realitas berada di antara keduanya. Pertanyaannya bagaimana Anda memperlakukan hidup? Apakah Anda bersikap sebagai orang suruhan ataukah Anda bersikap sebagai seniman terhadap kehidupan Anda?

Proses menjadi budak sudah berlangsung semenjak kita kanak-kanak, ketika kita mendefinisikan realitas seturut kemauan orang dewasa dan bukan kemauan kita. Kita merepresi keinginan kita dan sekaligus cara pandang kita terhadap realitas, karena menjadi berbeda dengan orang-orang dewasa yang lebih berkuasa. Tetapi kita diposisikan untuk takut tidak dicintai, takut ditinggalkan.Sejauh hal itu diterima oleh orang kebanyakan, sejauh itu sesuai dengan opini orang dewasa kebanyakan. Di samping itu mengikuti idiom dan kemauan orang lain membebaskan kita dari keharusan untuk membuat keputusan, untuk memikirkan sendiri apa yang sedang kita hadapi.

Terkadang, banyak cara untuk membebaskan diri dari rasa bosan. Penulis tidak bermaksud untuk menyarankan Anda menjadi liar. Penulis hanya ingin Anda mempertimbangkan kebiasaan-kebiasaan emosional secara rutinitas membuat Anda tidak dapat menjumpai kenyataan secara langsung sedalam-dalamnya. Sebab kenyataan yang kita hadapi jauh lebih kaya ketimbang pendapat-pendapat yang kita buat. Menjadi bosan sama juga dengan memasuki sebuah sekat pembatas. Dan rasa bosan itu pulalah yang menjauhkan kita pada pertemuan yang sesungguhnya dengan kenyataan. Di dalam kebosanan terdapat rasa penolakan terhadap apa yang kita hadapi. Bagaimana kita dapat memperoleh pandangan baru terhadap realitas yang kita hadapi jika kita merasa enggan untuk menemukannya sendiri.

Satu-satunya cara untuk keluar adalah menghadapinya dan bukan lari kepada banyak hal di luarnya yang menjanjikan sensasi atau melarikan diri ke dalam rasa kantuk lalu tertidur. Kebosanan tak perlu dihindari, malahan ia dapat menjadi saat yang tepat untuk merefleksikan diri. Salah satu caranya adalah membebaskan diri dari semua belenggu yaitu mediasi. Orang hanya di minta untuk bersikap hening, menatap realitas apa adanya, dan mengamati pikiran-pikiran yang muncul tanpa menghakiminya. Amati saja kenyataan yang Anda hadapi sekarang, tidak perlu menurut pada perasaan untuk lepas dari kenyataan itu.

Selanjutnya...

09 September 2008

MENGENAL DIRI SENDIRI

cinta dapat membuatmu melakukan apapun yang tidak pernah bisa engkau bayangkan sebelumnya. Cinta adalah sifat istimewa dari seseorang. Ungkapan akan "Aku mencintaimu" sangat melambungkan hati. terkadang rasa sakit pun seringkali dimulai dengan rasa cinta. untuk itu, penulis mengajak kita untuk merefleksikan kembali apa kaitan cinta bagi diri sendiri sebelum mengungkapkan betapa cintanya kita terhadap orang yang betul-betul kita sayangi.

Kunci proses pengembangan diri adalah mengenal diri sendiri. Ini tidak hanya berlaku bagi keberhasilan di bidang karier, melainkan juga di berbagai bidang kehidupan lainnya, termasuk keluarga, sosial masyarakat, dan spiritual. Dengan mengenal diri sendiri, seseorang mengetahui apa yang mesti jadi tujuan hidupnya. Ia menyadari kemampuan dan bakat-bakatnya serta tahu bagaimana menggunakannya demi mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian ia lebih mampu menemukan makna dan kepenuhan dari hidup.

Jawablah dengan jujur, apakah anda benar-benar mengenal diri anda sendiri. Ada banyak metode mengenal diri. Salah satunya adalah dengan mengisi kuisioner. Apa pun bentuk metode yang dipilih, tuntutan dasarnya adalah seseorang harus jujur pada dirinya sendiri. Ambil contoh ringan, banyak orang tidak jujur saat mengisi kuisioner mengenai dirinya, terlebih lagi bila hasil kuisioner tersebut dinilai oleh pihak lain. Mereka mengira dengan menulis jawaban yang ideal, mereka akan mendapatkan hasil penilaian yang baik, padahal mereka sedang membohongi diri mereka sendiri, yang justru mengagalkan proses pengembangan diri. Penyebab utamanya adalah karena banyak orang bersikap untuk memenuhi harapan orang lain. Ketidakjujuran dan ketidakmampuan untuk bersikap apa adanya membuat mereka tidak menjadi diri mereka sendiri.

Apakah anda jujur pada diri anda sendiri. Seringkali menjadi jujur pada diri sendiri terasa menyakitkan. Banyak orang merasa mandek dalam kariernya. Mereka menganggap orang lain dan lingkungan sebagai sumber kegagalan. Mereka mengingkari bahwa penyebabnya justru berasal dari dalam diri mereka sendiri. Di lain pihak, seringkali pula orang tidak mampu jujur pada diri sendiri karena salah dalam memahami keberhasilan yang sedang diraihnya. Banyak orang berhasil lalu mengira mampu melakukan apa saja. Mereka mengembangkan kedua belah lengannya lebar-lebar dan menyangka akan berhasil di semua hal. Mereka tak mau mengakui bahwa ada batas-batas yang tak mungkin dilalui. Jujur pada diri sendiri adalah bersedia untuk menerima segala sesuatu apa adanya. Mengenali diri sendiri adalah belajar untuk menilai dan memahami diri sendiri dengan pikiran jernih tanpa dibebani dengan prasangka, harapan, ketakutan dan perasaan-perasaan lain.

Selanjutnya...