PUBLISHED BY

alamuda

DESIGNED BY

jangan paksa aku berjalan jika aku ingin terbang

22 Juli 2008

LDK (KERJASAMA WVI - YPPN)

Tepatnya hari rabu sore, tanggal 16 Juli 2008, kami menginjakkan kaki ke kota Singkawang yang masih terletak di provinsi kalimantan barat. Kota Singkawang memang pantas dijuluki "KOTA AMOY" karena banyak gadis-gadis tionghoa yang berjalan-jalan beriringan di sekitar kota tersebut. Udara pun terasa lembab, sebab baru saja kedatangan kami disambut dengan guyuran hujan deras. Taxi kami melintasi trotoar singkawang dengan mengantarkan tujuh penumpang didalamnya. tiga diantaranya adalah kami, tim fasilitator yang khusus di undang dari Pontianak. Setelah beberapa jam bergelut dengan taxi, akhirnya kami tiba tepat di depan kantor Wahana Visi Indonesia. Kami di sambut dengan keramahan sesosok Mbak Rini, salah satu staf Wahana Visi Indonesia di Singkawang.

Kami dipersilahkan masuk dan bercengkrama dengan beberapa staf termasuk pak Thomas A.Setyoso, salah satu Manager ADP Singkawang. Keakraban itu berlanjut saat kami memutuskan untuk mengunjungi tempat survey saat itu juga. Penat yang terasa di sekujur tubuh karena jarak tempuh yang lumayan jauh tersebut, tidak menyurutkan semangat kami untuk turun ke survey tempat kegiatan. Dengan di antar oleh dua orang staff ADP singkawang, kami melanjutkan perjalanan ke Rumah Panjang Samalantan, daerah dimana kami akan mengadakan kegiatan yang berjudul "Latihan Dasar Kepemimpinan" tersebut.

Sebab, kami secara kelembagaan di undang ke Singkawang oleh kantor ADP Wahana Visi Indonesia untuk memfasilitasi anak-anak sekolah tingkat SMP dan SMA sederajat untuk menyambut Hari Anak Nasional yang di gelar dengan berbagai acara, salah satunya adalah kegiatan "Latihan Dasar Kepemimpinan" yang dilaksanakan di Rumah Panjang yang terletak di Samalantan Kabupaten Bengkayang. Undangan kegiatan di sebar untuk beberapa sekolah di 4 kecamatan di Samalantan, Kabupaten Bengkayang. Total peserta yang dating pada hari “H” kegiatan 51 siswa siswi tingkat SMP dan SMA sederajat.

Tidak hanya itu saja, kami sebagai fasilitator kegiatan ini juga membagi-bagikan buletin bulanan yang berjudul "TAMAN" (Teladan Anak Kalimantan) sebagai media penghubung anak-anak dan remaja dengan lembaga kami. Tujuannya adalah menerapkan gaya hidup anti kekerasan dan keseimbangan gender di lingkungan tempat kita tinggal dan menetap. Kami juga membagi-bagikan buku-buku terbitan lembaga "Membangun Komitmen, Meniti Hari, Merajut Masa Depan" dan buku "Pendidikan Anti Kekerasan Pada Anak dan Remaja". Kesempatan berbagi pendidikan lewat media cetak ini disambut gembira oleh peserta dan juga panitia lokal disana.

Media merupakan penghantar pendidikan lewat tulisan yang dijadikan wadah untuk mencari informasi dan komunikasi antar masyarakat. Maka dari itulah, bersama dengan kegiatan ini, kami ingin menerapkan kepada para peserta bagaimana cara hidup menghargai dalam keberagaman suku dan bahasa, menerapkan sejak dini anti kekerasan. Untuk itu, marilah mulai dari sekarang, awalilah memimpin dari hal terkecil yaitu memimpin diri sendiri supaya dapat mewujudkan tujuan "bagaimana caranya berguna bagi orang sekitar.

Selanjutnya...

21 Juli 2008

HARGAI HIDUPMU, JAUHI KEKERASAN

Tulisan saia kali ini akan mengajak teman-teman untuk mencintai dunia anak. seberapa besarkah perhatian kita terhadap mereka. Sekarang banyak kelangkaan yang disimak masyarakat indonesia yang menjurus tentang keterlibatan dunia anak dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sudah jarang muncul lagu anak-anak, film anak-anak, dan tayangan di televisi dan media yang sarat dengan pendidikan anak. Lihatlah di sekeliling kita, anak tetangga, adik kita sendiri sampai dengan keponakan yang baru belajar ngomong dengan mudahnya terkontaminasi dengan lagu-lagu yang dibawakan orang dewasa ketimbang lagu seumuran mereka. Bukannya apa-apa, namun menurut saia sangat kurang pantas anak seumuran itu menyanyikan lagu tersebut. (Lha, isinya itu cinta-cintaan gitu). Dan lagi, jujur, saia sendiri tidak hafal dengan lagu itu. *merasa tersaingi dengan anak berumur 5 tahun*

Yang sangat disayangkan, anak-anak jaman sekarang tidak pernah dikenalkan dengan lagu-lagu seusia mereka oleh orang tua dan orang-orang disekitar mereka (ibarat kata, tak kenal maka tak sayang). akibatnya mereka jadi awam akan keberadaan mereka sebagai anak-anak. Bahkan mereka juga tidak mempunyai pegangan dalam dunia musik. Tengoklah lagu anak-anak jaman dulu. Sangat beranekaragam! Mulai dari lagu Nyamuk-nyamuk Nakal, Abang Tukang Bakso, Ayo Menabung, Anak Gembala dan masih banyak lagi yang mencerminkan lirik anak-anak. Belum lagi di kurikulum musik diajarkan lagu macam potong bebek angsa, pohon cemara, naik puncak gunung dan lain-lain.

Apakah karena anak-anak sekarang sudah tidak punya pilihan lagi dalam berkarya seni?
waktu saia kecil dulu, saia kenal yang namanya joshua,bondan prakoso,trio kwek2,dsb sebagai penyanyi anak2. hampir pasti setiap anak dijaman itu bisa menyanyikan lagu2 mereka n hampir juga gak tau (atau gak mau tau) lagu2 remaja masa itu . Lah, sekarang...anak TK sangat jago nyanyi lagu peterpan, anak SD hafal lagu-lagunyanya mulan jameela, tak terkecuali goyangannya trio macan. Tapi saia tidak pernah lagi denger anak-anak kecil nyanyi lagu anak walaupun hanya "Burung Kakak Tua"...?

Sulit memang menerapkan kepada mereka yang sudah terlanjur terkontaminasi hal-hal semacam itu, tapi paling tidak selama kita masih mengharapkan pertumbuhan yang layak bagi anak-anak di sekitar kita, maka haruslah kita biasakan mereka mendengar dan menyaksikan hal-hal apa saja yang masih dekat dengan dunia anak agar mereka tidak salah menempatkan dunia mereka dan menerapkan pendidikan anti kekerasan pada anak-anak usia mereka. Paling tidak, mereka tidak matang sebelum waktunya bertunas (halah, opo iku...)

Ini saran saia sekaligus memperingati hari anak nasional yang di gelar tanggal 23 Juli 2008 dan demi terselenggaranya ajakan dalam tulisan judul di blog ini yaitu "HARGAI HIDUPMU, JAUHI KEKERASAN"

Selanjutnya...

14 Juli 2008

MEMBANGUN MIMPI

Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra-indra lain dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat (rapid eye movement/REM sleep). Kejadian dalam mimpi biasanya mustahil terjadi dalam dunia nyata, dan di luar kuasa pemimpi. Perkecualiannya adalah dalam mimpi yang disebut lucid dreaming. Dalam mimpi demikian, pemimpi menyadari bahwa dia sedang bermimpi saat mimpi tersebut masih berlangsung, dan terkadang mampu mengubah lingkungan dalam mimpinya serta mengendalikan beberapa aspek dalam mimpi tersebut. Pemimpi juga dapat merasakan emosi ketika bermimpi, misalnya emosi takut dalam mimpi buruk. Ilmu yang mempelajari mimpi disebut oneirologi.

Saya pernah mimpi, pengen punya negara sendiri, yang di perlukan cuma:

1. menteri keamanan negara, biar kendaraan yang biperbolehkan cuma BUS dan SEPEDA, antisipasi macet

2. menteri ekonomi, supaya gak ada pembajakan hak cipta dan kasus pemalsuan uang lagi, trus beli produk dinegara sendiri, trus pengangguran di fasilitasi biar lapangan kerja tercipta dan gak ada kriminalitas di sana sini

3. menteri lingkungan sekaligus tata kota, supaya negara bebas sampah dan polusi dan gak ada lagi daerah kumuh

4. menteri kesehatan, supaya gak ada lagi kasus busung lapar ato gizi buruk

5. menteri pendidikan, supaya dapat pendidikan gratis dari Sekolah Dasar s/d Perguruan Tinggi, tidak satupun warga negaranya yang buta huruf

(menteri yang lain gak diperlukan soalnya bisanya cuma korupsi doang)... trus kalo pengen jadi warga negara tetap, harus mematuhi tata tertib semua menteri di atas....
moga aja tercapai, AMIN...

Selanjutnya...

13 Juli 2008

EMOSI VIA WEEKEND

Kemarin kami baru saja mengadakan weekend bersama setelah sekian lama tidak berlibur bersama. Demi kegiatan yang memerlukan kebersamaan, maka kami mempersiapkannya dengan mengorbankan waktu dan tenaga. Tapi setelah hari yang ditentukan, peserta yang berangkat lebih sedikit dari peserta yang kami targetkan sebelumnya. Walaupun begitu kami tetap melaksanakan kegiatan dengan kapasitas yang ada. Harapan kami, jumlah peserta tidak mempengaruhi jalannya kegiatan.

Sesampainya di penginapan, acara kami gelar seperti layaknya liburan, sedikit permainan dipantai menjelang sunset dan masak bersama sebelum "sharing" dimulai. Setelah makan malam barulah kami berkumpul di sebuah dangau yang menghadap pantai untuk mengadakan sharing bersama. Pertama-tama, dialog tersebut berjalan seperti biasanya tetapi dialog mulai memanas karena moderator mulai "ngomong ngawur" dan "diulang-ulang". Kejanggalan ini rupanya di sebabkan oleh minuman keras yang di konsumsinya sebelum mengadakan dialog. Dialog terpaksa kami hentikan jam 11 karena sudah larut. Akhirnya satu persatu dari kami menuju penginapan yang tidak jauh dari tempat pertemuan.

Kami mulai bersiap-siap untuk tidur. Tiba-tiba, sang moderator masuk ke penginapan dan menyuruh seperempat dari kami untuk keluar, alasannya karena dia berprasangka sebagian dari kami menjelek-jelekkan dirinya hanya karena dia "pengkonsumsi minuman keras" diantara kami yang ada disitu. Kamipun mejelaskan dengan terbuka apa yang kami bicarakan sebelum tidur, tetapi dia tidak percaya. Keadaan itu mulai memanas saat itu. Saya, salah satu orang yang terlibat adu mulut dengannya, menyembunyikan kegeraman saya. Tapi tidak tahu mengapa, kegeraman saya memuncak dikala dia berceloteh segar tentang semua kegagalan dirinya yang disebabkan oleh organisasi kami. Tiba-tiba pula tangan saya sekuat tenaga meninju dinding penginapan, semua kaget. Saya kesal sekali waktu itu dan tidak bisa ditahan lagi. Saya pikir lebih baik kehilangan satu organ tubuh saya daripada kehilangan satu orang teman.

salah satu pengalaman ini membuat saya ingin sekali belajar bagaimana mengendalikan emosi karena saya adalah seseorang yang tidak bisa menguasai diri. Kita perlu tahu bahwa: "Sabar = Kunci Pengendalian Emosi". Kendalikan emosi dengan mengubah persepsi (cara pandang) & prosedur (pendekatan dan tindakan). Memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Belajarlah mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. menjaga keseimbangan pikiran /perasaan kita.. ini dapat tercapai jika kita sadar bahwa kepuasan ada dalam diri kita sendiri bukan tergantung pada unsur2 diluar diri kita.

Pikiran adl alat yg menguasai dan mengendalikan panca indra. Panca indra kita mengumpulkan info dr sekeliling mengenai hal yg kita suka dan kita tidak suka. Pikiran suka ato tdk suka ini akan mengacaukan keseimbangan pikiran kita lalu mulai menghilangkan kedamaian hati kita n memunculkan emosi kita ....jadi untuk menguasai emosi/mengontrolnya ajaklah pikiran kita kearah pikiran yng benar, lalu diteruskan ke perbuatan yang benar, itu akan mencegah masuknya segala pikiran yang tdk berguna. Mengurangi berbagai keinginan dan mengendalikan diri dalam pikiran dan perbuatan akan membuat kita mampu mengontrol emosi kita...... hendaknya dalam diri kita agar selalu ditanamkan rasa kebajikan, kedamaian, kebenaran,kasih dan tanpa kekerasan

kadang-kadang jawaban diatas benar semua.. mau yang garing nihhh.."Beli Remote Control "tekan off kalo anda lagi emosi hehehe, ayooo yang baca dilarang emosi lho...

Selanjutnya...

04 Juli 2008

SAMPAH VS WARGA INDONESIA

Di mana-mana sekarang banyak orang membicarakan tentang lingkungan hidup. Topik lingkungan hidup dijadikan bahan pembicaraan dalam berbagai seminar,simposium, dan diskusi di berbagai tempat mulai dari level sederhana sampai ke ruangan konvensi berharga mahal. Namun setelah itu hasilnya hanya cukup sebagai agenda dan bahan berita pada media cetak dan media elektronik yang bertajuk lingkungan hidup. Lingkungan hidup yang dibicarakan itu eksistensinya tak akan lebih baik kalau tidak diikuti oleh aksi perbaikan lingkungan di lapangan.
Dulu dalam foto dan dari pengalaman masa kecil, bila kita berpergian ke luar kota maka kita masih bisa melihat dan menemui banyak pohon-pohon raksasa yang berdaun rindang, air sungai mengalir dengan warna bening, kicauan burung, langit yang biru dan udara dengan aroma alam yang bebas dari asap kendaraan. Tapi sekarang hal- hal seperti ini sudah menjadi sesuatu yang mahal dan langka untuk ditemui. Kita bersyukur bahwa pemerintah dan sebagian masyarakat sudah mengelola dan mengatasi kehancuran alam dan mencegah terjadinya ”illegal logging”. Kita masih punya harapan untuk bisa bermimpi untuk memiliki lingkungan hidup dengan alam yang indah pada masa mendatang.

Mengembalikan kualitas alam seperti kualitas alam (lingkungan hidup) seperti pada beberapa puluh tahun yang silam, alam yang hijau dan bersih terhampar ibarat permadani atau ibarat susunan permata zamrud seperti yang didendangkan oleh lagu-lagu lama. Kebiasaan melemparkan sampah nampaknya sudah menjadi budaya bangsa kita. Atau kalau tidak sudi dengan pernyataan ini, maka kita bisa membuat pernyataan bahwa membuang sampah adalah bagian dari gaya hidup kita sendiri. Kepedulian kita atas topik sampah baru sebatas kepedulian akan masalah kebersihan di lingkungan rumah semata-mata. Memang banyak orang dan kita sendiri yang sudah peduli untuk membersihkan dan merapikan rumah dua kali sehari dan merapikan lingkungan rumah sekali dalam seminggu. Namun sampahnya bagaimana ?

Banyak orang yang suka punya kebiasaan buruk mereka membuat dan menjaga lingkungan rumah sendiri menjadi bersih namun bersikap masa bodoh terhadap kebersihan lingkungan orang. Secara masa bodoh mereka menumpuk sampahnya ke lahan orang lain. Dan bila ada papan peringatan dengan tulisan ”DILARANG MEMBUANG SAMPAH DISINI” maka mereka dengan senang hati menumpuk sampah ke tempat yang dimana mereka suka tanpa memikirkan efek selanjutnya terhadap alam dan terhadap orang lain. Kebiasaan membuang sampah sembarangan, seperti pernyataan di atas tadi, bahwa membuang sampah sembarangan sudah menjadi bagian dari gaya hidup orang desa dan orang kota. Untuk kondisi rumah tangga di desa, masalah membuang sampah dan penumpukan sampah tidak begitu masalah karena di sana mungkin masih ada lahan untuk menguburkan sampah. Namun untuk kebersihan lingkungan hidup seperti di tempat keramaian dan di sepanjang jalan. Sampah seolah-olah sudah menjadi dekorasi sepanjang pinggir jalan raya mengalahkan indahnya dekorasi alam dengan tanaman dan tumbuhan bunga yang warna warni.

Bagaimana dengan lingkungan perkotaan ? Adalah sesuatu yang memalukan untuk dideskripsikan. Kita akan sulit membedakan antara mana pasar dan mana kandang ternak (ups,maap...) kita sering susah payah kalau berjalan untuk mencari tempat yang akan kita injak. Karena lumpur bercampur kompos, sampah yang membusuk, sudah menjadi aspal di areal pasar. Begitu pula dengan para penghuni wilayah perkotaan, mereka itu, sekali lagi, adalah bisa jadi kita semua sebagai orang-orang yang sudah menjadikan membuang sampah sebagai gaya hidup. Di sana cukup banyak orang yang yang sudi mengotori dan mencemari lingkungan hidup perkotaan. Tidak percaya ? Coba lihat air yang mengalir dalam got dan sungai (di dalam kota), betapa kualitas airnya sudah memberi isyarat bahwa tidak ada lagi kehidupan biota air di dalamnya. Kemudian bagaimana dengan kualitas udara dan pohon-pohonan ?

Sering pelajaran yang diperoleh di sekolah kenyataannya berbeda dari fakta yang diperlihatkan oleh para figur model lewat prilaku dan gaya hidup mereka. Tapi dalam kenyatan orang yang menjadi panutan hidup ini model bagi kehidupan kita melanggar aturan ini. Di sekolah ibu guru dan bapak guru mengajarkan agar kita harus membuang sampah pada tempatnya. Begitu pula dari buku bacaan yang kita baca di rumah agar kita mesti menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Namun fakta, ayah, ibu dan orang di sekeliling kita melempar sampah ke tengah jalan dengan seenaknya.

Alangkah bingungnya anak anak yang dididik dan diajar agar bisa mencintai kebersihan dan menjaga lingkungan hidup ini. Namun dalam realita, mereka melihat bahwa begitu banyak orang dewasa, guru, orangtua dan tetangga mereka dan apalagi orang orang yang mereka anggap terdidik tidak berbuat seperti yang mereka baca dan mereka pelajari. Akhirnya mereka juga berbuat seperti hal demikian. Akhirnya adalah lazim bila lingkungan ini menjadi kotor dan tidak rapi karena tangan orang-orang mulai dari usia muda sampai berusia tua, dari orang biasa sampai orang yang menganggap dirinya terdidik dan elit dan dari orang orang desa sampai kepada orang orang kota. Melihat kebersihan di daerah daerah lain di Indonesia dan juga negara tetangga, mereka bisa menjadi negara yang bersih dan asri, ini karena di sana sudah ada sistem dan sistem kebersihan itu sudah berjalan dan mereka sangat menghargai peraturan yang berlaku dinegara mereka.

Pengennya sih di negara Indonesia juga warganya taat aturan, tapi sulit memang soalnya warga Indonesianya banyak "PENJAHAT YANG BERTITEL PEJABAT"... susah di atur. Di Indonesia juga merupakan negara yang sulit di menegakkan aturan sebab rata-rata warga negara Indonesia berpropesi sebagai "KOMENTATOR SERTA PENONTON" daripada sebagai pekerja yang mengutamakan kualitas. Terlalu banyak teori yang diuraikan sehingga lupa pada praktek. wajar jika warga negara Indonesia melahirkan bangsa-bangsa yang jadi "BUDAK DI NEGARA SENDIRI".

Maka dari itulah, kita mulai dari hal kecil yang bisa kita lakukan sendiri. Terapkan dalam diri bahwa buang sampah sembarangan akan mengakibatkan pemandangan tidak sedap buat lingkungan. Ajak pula orang-orang sekitar kita untuk menjaga lingkungan tidak hanya dengan teori tetapi terjun langsung ke lingkungan,yang tentunya membebaskan lingkungan dari segala bentuk sampah. Sebab Lingkungan Indah ciri Masyarakat Sehat, betul tidak? Saia mulai aksi perang akan sampah dengan menulis artikel ini di blog, moga aja ada yang tergerak hatinya...

Selanjutnya...