Bila ada kebencian, jadikanlah daku pembawa cinta kasih;
Bila ada perselisihan, jadikanlah daku pembawa pengampunan;
Bila ada keraguan, jadikanlah daku pembawa keyakinan;
Bila ada keputusasaan, jadikanlah daku pembawa harapan;
Bila ada kegelapan, jadikanlah daku pembawa terang;
Bila ada kesedihan, jadikanlah daku pembawa kegembiraan.
13 Juli 2010
NIKMATI HIDUP
12 Juli 2010
EKSPEDISI BENIH ILMU
Setiap perjalanan adalah bagian dari seluruh pelajaran yang sebelumnya saya temukan di sekolah terdahulu. Saya pernah membayangkan jika benih ilmu itu nyata, dapat di sentuh, di lihat dan disemai banyak petani di lahan yang subur tanahnya. Ketika perlu tambahan ilmu sebagai nutrisi, mereka dapat memetiknya sendiri ketika sudah ranum dan mengkonsumsinya secara rutin agar tidak kehabisan ide segar.
Ilmu begitu di minati banyak orang walau benihnya tumbuh dari bibit kecil, tapi penanamannya memerlukan proses pupuk kesabaran, tablet ketekunan dan air rendah hati. Kemudian setelah di campur jadi satu proses itu, petani harus mencari satu lagi alat penopang pertumbuhan ilmu yakni penawar benih yang dinamakan obat optimis sampai benih tumbuh dan siap panen.
Petani itu sebenarnya adalah kita. Benih tersebut kiranya dapat ditemukan dimana saja asal memahami kondisi dan belajar dari hal kecil kehidupan. Hanya saja kita sekarang hidup di alam nyata, bukan di alam perumpamaan seperti yang saya sebutkan tadi. Saya bersikeras perumpamaan tersebut menjadi wujud nyata dalam kehidupan manusia, agar menjadi lebih mudah untuk menemukan ilmu sehingga hasilnya dapat dirasakan ketika sudah lengkap tata cara untuk mencapai proses yang diinginkan.
Begitu pula, sering sekali saya bertemu dengan manusia yang latar belakang dan ilmu yang berbeda, walaupun tujuan mendapat pelajaran adalah satu yakni demi kepuasan batin dan tuntutan hidup. Profesi mereka adalah petani, pegawai negeri sipil, guru, mahasiswa, kondektur bis, pengamen jalanan, pejabat, wartawan, penjaga warung, hingga pengangguran. Saya selalu menjabat erat tangan mereka dan tersenyum ketika pertama kali bertemu, itu penghormatan kepada siapa saja yang saya temui. Saya yakin bahwa semua bangsa itu sama, yang membedakan mereka hanya profesi. Cara mendapatkan profesi itu sangat mudah jika memahami lingkungannya dan memiliki kesadaran untuk berubah, yakinlah jika anda akan betul betul mendapatkan peran itu, dan mereka yang telah bergelut dengan peran tersebut merupakan sosok pemberi ilmu.
Tapi semakin banyak saya kenal karakter dan profesi manusia, semakin banyak pula saya dengar keluhan yang mereka sering utarakan kepada saya. Ungkapan tersebut berupa luapan kebosanan yang mereka hadapi ketika bergelut dengan profesi yang mereka jalani. Mereka kebanyakan ingin beralih profesi ke peran yang belum pernah mereka jalani sebelumnya. Ada semacam perpindahan profesi dan biasanya tidak berlangsung lama. Ketika mereka mencoba beberapa saa t dan kemudian kembali pada tingkat jenuh, sehingga ada kerinduan untuk kembali menekuni profesi terdahulu dengan alasan mereka tidak menggeluti pekerjaan tersebut dengan optimal.
Dengan begitu, alam bebas ternyata mempengaruhi alam bawah sadar mereka untuk mencari gairah positif tentang ilmu. Saya banyak diajarkan cara menghindari rasa takut untuk mencoba, saya pelajari di kehidupan sehari hari dan juga membaca banyak buku, saya coba apa saja yang menurut saya bisa dikerjakan, walau dari kecil saya dibesarkan oleh lingkungan keluarga yang bermartabat. Semakin banyak saya mencoba banyak hal positif yang bisa dijadikan bahan pelajaran, disitulah perjalanan hidup saya di mulai.
Ketika orang sibuk berpindah profesi, saya sibuk dengan satu tujuan saja tapi hal tersebut rutin saya tekuni. Itu peluang terbaik menurut saya, sebab ilmu tidak akan bertambah jika saya bertahan di tempat yang sama terus menerus. Saya menerapkan kehidupan berpindah dan tranfer ilmu sejak sekolah dasar sambil menikmati manfaatnya tanpa memperhatikan hasil gaji dan resiko kerja atau kedudukan, yang penting ada kepuasan batin yang saya dapat, itu sudah cukup untuk melakukan pekerjaan.
Saya memulainya dengan berinteraksi dengan banyak orang, berdiskusi tentang apa saja yang saya perlu ketahui dan tanpa batasan kasta. Saya menjadi pendengar yang baik ketika teman berdiskusi saya terlalu banyak bicara, hingga orang tersebut meminta saya mengoreksi ucapannya dan meminta saran saya bagaimana menghentikan kalimatnya yang memenuhi mulutnya dan telinga saya. Jawaban saya hanya satu “SILAHKAN”.
Selain kebosanan, yang orang sering keluhkan yakni kesalahan. Hampir semua manusia yang saya temui memiliki krisis moral yang serupa. Saran saya, jangan pernah berhenti mencoba walaupun usaha sedang goyah, selalu ada solusi yang jadi jawaban atas tindakan asal tekun melaksanakan proses yang bertahap. Begitu banyak orang di luar sana yang begitu buruk keadaannya dibandingkan anda sekarang ini, tapi mereka tetap bangun dan mengejar mimpi mereka.
Anda baru akan terasa hebat jika sudah berhasil melakukan tahapan itu dan paham bagaimana cara mendukung mencapai hasil yang anda inginkan. Itulah ilmu, yang didedikasikan dalam pengalaman. Menurut Vernon Law, seorang filsuf, pengalaman merupakan guru yang paling kejam sebab ia menguji sebelum memberi pelajaran.
Yang terpenting sekarang adalah fokus, kunci tekun melaksanakan tugas dan membiarkan situasi luar tidak mengendalikan prilaku dan pikiran anda. Begitu banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan kehilangan keseriusan sebab tidak mempertahankan tujuan yang sudah ia inginkan sebelumnya. Menurut pepatah cina, jika ingin kemakmuran satu tahun tanamlah biji, jika ingin kemakmuran sepuluh tahun tumbuhkan pohon, jika ingin mempertahankan kemakmuran sepanjang hidup, tumbuhkan harga diri.
Jadi usahakan untuk mengenal diri anda, kurangi kecemasan, tingkatkan keyakinan, kemudian lihatlah hasil akhir jika anda serius mengerjakan sesuatu. Sebab tingkat ketegangan tinggi tidak baik, itu menurut saya. Dari hal tersebut, tenangkan diri, perbaharui pola pandang anda ke hal yang lebih membangun, rancang beberapa proses positif ketika melaksanakan tugas yang di emban, saat itu lah proses pemenuhan ilmu berlangsung.
Waktu kecil saya benci kata disiplin. Seringkali saya tidak patuh kepada orang tua saya jika di suruh tidur siang, mandi sebelum petang dan minum susu. Saya pikir itu hanya tugas sepele, tapi ternyata dengan hal kecil kita bisa menemukan hasil besar. Pelajaran yang saya dapat, lakukan tugas apapun dengan tulus, sepenuh hati maka hasilnya akan memuaskan, jangan sekalipun membatalkan niat jika belum mencoba. Managemen waktu dan tenaga yang salah terkadang menambah pekerjaan sehingga meniciptakan batasan waktu yang membuat kita harus terburu-buru untuk menyelesaikannya, jangan pernah menunda pekerjaan.
Ketika remaja, saya baru sadar jika manajemen waktu dan tenaga itu begitu penting bagi manusia. Contohnya ketika ujian berlangsung esok hari, saya belajar semalaman hingga larut, padahal pelajaran tersebut bisa di siasati dengan sedikit waktu saja, dengan belajar setiap harinya hingga waktu ujian tiba dalam durasi beberapa bulan, mungkin lebih baik ketimbang harus dikebut satu malam saja tapi hasilnya tidak optimal.
Mari, pelajari hal tersebut dan lakukan mulai dari sekarang!
11 Juli 2010
STAY IN LINE
Sepi bukan berarti hilang, diam bukan berarti lupa, jauh bukan berarti putus, karena ada satu ikatan antara kita yang tidak akan mudah di lupakan yakni persahabatan. Jadilah orang yang tetap TEGUH pada saat yang lain RUNTUH, Tetap TUNDUK pada saat yang lain ANGKUH, Tetap SABAR pada saat yang lain INGKAR, Tetap TEGAR pada saat yang lain MENYERAH.
09 Juli 2010
TERPERANGKAP DEBU JALAN
Kami terperangkap di jalan bedebu tanpa AC siang itu, gerah karena hawa meningkat, kami terpaksa berhenti sebab ban belakang mobil kami bocor kelebihan muatan. Perlu beberapa jam untuk berdamai dengan kondisi seperti itu, keinginan kami hanya satu, sampai ketujuan masing-masing sebelum senja. Sesaat kami kecewa dengan hambatan di perjalanan, tapi senangnya hanya saat secara sembunyi-sembunyi memakan jeruk milik warga yang sebelumnya di titipkan di mobil kami, menurut seorang teman tidak apalah jika memakan jeruk di perjalanan tetapi jika sudah sampai tujuan jeruk itu bukan milik kami lagi, tetapi milik warga yang menitipkannya. Jadi bukan salah kami jika melepas dahaga sampai menghabiskan jeruk milik warga, tetapi salah dari cuaca yang panas menyengat.
04 Juli 2010
SIAPA DAYAK?
Dayak atau Daya adalah suku asli yang mendiami Pulau Kalimantan, yang memiliki budaya terestrial (daratan, bukan budaya maritim). Sebutan ini merupakan sebutan umum karena orang Daya terdiri dari beragam budaya dan bahasa. Meskipun terbagi dalam ratusan sub-rumpun, kelompok suku Dayak memiliki kesamaan ciri-ciri budaya yang khas. Ciri-ciri tersebut menjadi faktor penentu apakah suatu subsuku di Kalimantan yang dapat dimasukkan ke dalam kelompok Dayak. Ciri-ciri tersebut adalah rumah panjang,hasil budaya material seperti tato di badan, tembikar, mandau, sumpit, beliung(kampak Dayak), dekat dengan alam, sistem perladangan, seni ukir dan seni tari.
Ada banyak pendapat tentang asal-usul orang Dayak. Pendapat umum menempatkan bahwa orang Dayak sebagai salah satu kelompok suku asli terbesar dan tertua yang mendiami pulau Kalimantan. Bertolak dari pendapat itu, diduga nenek moyang orang Dayak berasal dari beberapa gelombang migrasi.
Gelombang pertama terjadi kira-kira 1 juta tahun yang lalu tepatnya pada periode Interglasial-Pleistosen. Kelompok ini terdiri dari ras Australoid (ras manusia pre-historis yang berasal dari Afrika). Pada zaman Pre-neolitikum, kurang lebih 40.000-20.000 tahun lampau, datang lagi kelompok suku semi nomaden (tergolong manusia modern, Homo sapiens ras Mongoloid). Penggalian arkeologis di Niah-Serawak, Madai dan Baturong-Sabah membuktikan bahwa kelompok ini sudah menggunakan alat-alat dari batu, hidup berburu dan mengumpulkan hasil hutan dari satu tempat ke tempat lain. Mereka juga sudah mengenal teknologi api.
Kelompok ketiga datang kurang lebih 5000 tahun silam. Mereka ini berasal dari daratan Asia dan tergolong dalam ras Mongoloid juga. Kelompok ini sudah hidup menetap dalam satu komunitas rumah komunal (rumah panjang?) dan mengenal tekhnik pertanian lahan kering (berladang). Gelombang migrasi itu masih terus berlanjut hingga abad 21 ini. Teori ini sekaligus menjelaskan mengapa orang Dayak memiliki begitu banyak varian baik dalam bahasa maupun karakteristik budaya.
Menurut Prof. Lambut dari Universitas Lambung Mangkurat, secara rasial, manusia Dayak dapat dikelompokkan menjadi :
* Dayak [Mongoloid]
* Dayak [Melayu|Malayunoid]
* Dayak [Australoid|Autrolo-Melanosoid]
* Dayak [Heteronoid]
Senjata Sukubangsa Dayak
1. Sumpit.
Senjata utama suku dayak. Bentuknya bulat dan berdiameter 2-3 cm, panjang 1,5 - 2,5 meter, ditengah-tengahnya berlubang dengan diameter lubang ¼ - ¾ cm yang digunakan untuk memasukan anak sumpit. Ujung atas ada tombak yang terbuat dari batu gunung yang diikat dengan rotan dan telah di anyam.
2. Tombak.
Dibuat dari besi dan dipasang atau diikat dengan anyaman rotan dan bertangkai dari bambu atau kayu keras.
3. Perisai.
Terbuat dari kayu ringan, tetapi liat. Ukuran panjang 1 – 2 meter dengan lebar 30 – 50 cm. Sebelah luar diberi ukiran atau lukisan dan mempunyai makna tertentu. Disebelah dalam dijumpai tempat pegangan.
4. Mandau.
senjata turun temurun yang dianggap keramat. Bentuknya panjang dan selalu ada tanda ukiran baik dalam bentuk tatahan maupun hanya ukiran biasa. Mandau dibuat dari batu gunung, ditatah, diukir dengan emas/perak/tembaga dan dihiasi dengan bulu burung atau rambut manusia. Mandau merupakan barang yang mempunyai nilai religius, karena dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Jika memakan nyawa ketika perang, mandau biasanya dilubangi sebanyak jumlah korban yang di bunuh.
Ada beberapa sub dayak yang baru terdeteksi di Kalimantan Barat:
1. Dayak Baicit
2. Dayak Ambawang
3. Dayak Kanayatn
4. Dayak Damea
5. Dayak Salako
6. Dayak Bajare
7. Dayak Desa
8. Dayak Bekidoh
9. Dayak Iban
10. Dayak Mualang
11. Dayak Bakati
12. Dayak Benyadu
13. Dayak Mali
14. Dayak Ribun
15. Dayak Belangin
16. Dayak udanum (serawai)
17. Dayak Peruan (sanggau)
PARADIGMA UANG RECEH
Uang receh adalah penguji yg kelihatan kecil atau sepele, tapi jika lulus dan tulus melakukan pekerjaan kecil maka membuktikan bahwa iman dan perkataan selaras dengan perbuatannya. Namun sekarang, iman yang ada dalam diri orang percaya seakan sudah menjadi "barang" langka. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak pejabat yang tidak jujur dalam melakukan tugasnya. Pejabat dan pengusaha berkolusi melakukan penipuan besar, sedangkan karyawan dan buruh kecil melakukan penipuan kecil. Menipu sama halnya dengan mencuri, tapi jika menipu merupakan pencurian yang sudah direncanakan sebelumnya.
Mencuri berarti mengambil barang milik orang lain tanpa izin pemilik. Dapat dikatakan bahwa hampir semua anak yang bermasalah memiliki masalah perilaku ini. Berikut merupakan bentuk masalah yang dihadapi oleh orang yang senang melakukan pencurian atau penipuan:
1. Adanya keinginan untuk memiliki.
Karena keinginan untuk memiliki begitu menggoda, maka orang akan melakukan pencurian. Keinginan ini dapat timbul karena orang tersebut sering kurang mampu menguasai diri. Ini biasa terjadi bila orang terlalu dilindungi. Biasanya perilaku di mulai dari kecil, ketika seorang anak akan lebih sering lagi mencuri bila orang tua tidak menyelidiki mengapa barang atau uang dalam rumah sering hilang, atau ibu tahu anak telah mengambil barang di toko, lalu dibayarkan secara diam-diam. Penyebab lain bisa karena anak lahir dari keluarga miskin. Kemiskinan telah merisaukan dirinya. Apa yang menjadi kebutuhannya tidak dapat terpenuhi, selain dengan mencuri.
2. Tidak ada pendidikan moral dalam keluarga.
Dalam keluarga harus ada pendidikan moral yang benar. Sekalipun pada hal kecil. Jika seorang anak terdidik dengan pelajaran rakus (tamak) akan merangsang anak untuk mencuri, baik itu mencuri bunga, buah, alat-alat atau barang-barang milik orang lain.
3. Sekadar menarik perhatian.
Ada orang yang mencuri karena ingin menarik perhatian orang lain di sekitarnya. Apabila ia tidak dapat memperoleh perhatian dengan benar, maka ia melakukannya dengan cara mencuri untuk memperoleh perhatian itu. Upaya menarik perhatian itu meskipun negatif, bahkan mungkin ia dimarahi atau dihukum, tetapi konsekuensi itu lebih baik daripada tidak diperhatikan. Tindakan pencurian ini lebih karena unsur kekurangan moral ketimbangan masalah kejiwaan.
4. Mengharapkan untuk diterima.
Kadangkala ada anak yang memiliki perasaan rendah diri, tetapi sangat berharap untuk dapat diterima, namun tidak ada bakat yang menonjol atau paras muka yang cakap yang dapat dijadikan alasan untuk diterima. Oleh karena itu supaya dapat diterima sebagai teman, ia lalu mencuri uang dan dengan uang curian, ia mengundang makan dan memegahkan diri di hadapan teman-temannya.
5. Terperangkap oleh jiwa memberontak.
Anak merasa tidak puas setelah ditegur dan dihukum oleh orang tua atau guru, lalu mencuri untuk melawan. Ada juga anak yang karena merasa ayah dan ibunya lebih mencintai saudara yang lain, ia mencuri untuk melawan.
6. Ingin menonjolkan rasa kebersatuan.
Karena ingin menonjolkan rasa kebersatuan yang tinggi, seorang melakukan pencurian bersama-sama dalam satu kelompok. Dalam kelompok itu, mereka merasakan adanya suasana kebersamaan dan juga timbulnya rasa kebanggaan terhadap kepahlawanan seseorang sehingga mencuri dianggap sebagai terobosan untuk menikmati kebahagiaan.
7. Penyakit.
Mencuri merupakan gejala penyakit klepto. Ini terjadi karena konflik jiwa mengalami karakter ganda dan perilakunya berbeda dengan biasanya.
PENYELESAIAN MASALAH
1. Mencukupi kebutuhan.
Banyak orang suka mencuri karena keinginan yang dibutuhkan belum terpenuhi. Sebaiknya orang terdekat mengoreksi diri, apakah ada kebutuhan anak yang belum dicukupi? Kelalaian itu bisa terjadi dalam berbagai bentuk.
2. Memberi perhatian cukup.
Ada pencurian karena adanya ketidakstabilan dalam jiwa seseorang. Orang terdekat yang sibuk hanya tahu mencukupi kebutuhan secara materi, tetapi melalaikan kebutuhan rohani.
3. Mengenali pergaulan.
Ketika diketahui orang mulai suka mencuri, segera selidiki lebih dahulu tentang teman-temannya. Apakah ia bergaul dengan teman- teman yang berperangai buruk, yang menganggap mencuri itu satu keberanian atau mereka diancam untuk mencuri. Jika benar teman- teman itu yang bermasalah, maka dengan sabar orang terdekat mengajar dan menjelaskan akibat buruk dari mencuri.
4. Menyelidiki motivasinya.
Cobalah untuk mengetahui kehidupan sosial orang itu, mungkin mereka sedang berpacaran atau sedang terjerumus pada obat-obat terlarang seperti: ganja atau minuman keras. Bila orang terdekat teliti menyelidiki motivasi orang mencuri, maka akan lebih mudah mengatasi masalahnya.
5. Memasukkan konsep nilai yang benar.
Sejak kecil orang tua sudah harus mendidik perbedaan antara "ini milik kamu" dan "ini milik saya". Jangan membiarkan anak sembarangan mengambil barang orang lain. Kalau dalam tas atau di saku ditemukan barang milik teman, anak harus segera mengembalikannya. Menerapkan konsep yang benar harus disertai dengan teladan yang baik supaya anak tidak tamak terhadap hal apa pun sekalipun itu hal yang kecil atau sembarangan meminjam barang milik orang lain. Berikanlah penghargaan dan pujian bila mereka mampu mengurus atau mengatur barangnya sendiri.
6. Melakukan usaha secara bersama.
Jika orang dengan sendirinya tidak berniat untuk membuang kebiasaan jelek, meskipun orang terdekat atau guru memaksa atau menekan mereka, hasilnya tetap akan sia-sia. Usahakanlah untuk bekerja sama dengan orang tersebut, menjelaskan sebab-akibat dari tindak mencuri, atau membantu mereka untuk mencari jalan ke luar yang bisa dilakukan, kemudian berdoalah bersama dengan orang tersebut, usahakan berbicara empat mata, dari hati ke hati.
7. Mendidiknya dalam kebenaran.
Bunyi perintah dalam Sepuluh Perintah Allah sangat jelas, "Jangan mencuri!" (Kel 20:15). Hati nurani manusia akan berbicara bahwa mencuri itu dosa dan Allah akan menghukum dosa itu. Apabila anak itu dalam kelemahannya telah berbuat dosa, berikan pengertian bahwa ia tetap dikasihi, apalagi oleh Allah. Apabila sebagai orang dewasa dapat memaafkan mereka, maka Allah pun dapat mengampuni mereka. Pujilah Tuhan, seperti apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus, bahwa "segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Flp 4:13). Setelah dibimbing, orang mungkin masih dapat lupa dan melakukan kesalahan yang sama, tetapi dengan seringnya diingatkan dan di sertai, akan ada perubahan positif yang bertahap.
(dari seorang teman curhat)
03 Juli 2010
PAINTBALL
Paintball is a sport,first played in 1981 in New Hampshire, in which players compete, in teams or individually, to eliminate opponents by hitting them with capsules containing paint (referred to as paintballs) from a device called a paintball marker. The game is regularly played in organized competition with worldwide leagues, tournaments, professional teams, and players, but is also used by armies to supplement military training, Some of its technologies are harnessed for riot response and non lethal suppression of dangerous suspects as well.
Games are played on indoor or outdoor fields of varying sizes. A game field is scattered with natural or artificial terrain, which players use for strategic play. Rules for playing paintball vary, but can include capture the flag, elimination, defending or attacking a particular point or area, or capturing objects of interest hidden in the playing area. Depending on the variant played, games can last from seconds to hours, or even days in scenario play.
The legality of paintball varies among countries and regions. In most areas where regulated play is offered, players are required to wear protective masks, and game rules are strictly enforced.
In 1976, Hayes Noel, a stock trader, Bob Gurnsey, and author Charles Gaines were discussing Gaines' recent trip to Africa and his experiences hunting buffalo. Inspired in part by Richard Connell's short story The Most Dangerous Game, they created a game where they would stalk and hunt each other; recreating the same adrenaline rush that came with animal hunting. In 1981 in New Hampshire, the group used a "Nel-spot 007" pistol (normally used by farmers and ranchers for marking trees and livestock) to fire balls of paint. Twelve people participated in this first game, which was a "capture the flag" scenario between two teams. The winner captured all flags without firing a shot.
As national interest in the game steadily built, Bob Gurnsey formed the National Survival Game company, and entered a contract with Nelson Paint Company to be the sole distributor of their paintball equipment.Thereafter, they licensed to franchises in other states the right to sell their guns, paint, and goggles. As a result of their monopoly on equipment, they turned a profit in only six months.
The first games of paintball made use of Nelspot pistols, which were the only guns available at the time.
They used 12-gram CO2 cartridges, held only ten rounds, and had to be tilted to roll the ball into the chamber and then recocked after each shot. Dedicated paintball masks had not yet been created, so players wore shop glasses that left the rest of their faces exposed. The first paintballs were oil-based and thus not water soluble; "turpentine parties" were common after a day of play. Games often lasted for hours as players stalked each other, and since each player had only a limited number of rounds, shooting was rare.
Between 1981 and 1983, rival manufacturers such as PMI began to create competing products, and it was during those years that the game took off. Paintball technology gradually developed as manufacturers added a front-mounted pump in order to make recocking easier, then replaced the 12-gram cartridges with larger air tanks, commonly referred to as "constant air". These innovations were followed by gravity feed hoppers and 45-degree elbows to facilitate loading from the hopper. In 1984, paintball was established in other countries outside the United States; with Skirmish Paintball setting up fields in Australia and England.
Technology continued to advance in the 1990s and 2000s with the introduction and acceptance of electronically-controlled markers, beginning with the Smart Parts Shocker and WDP Angel. Unlike purely mechanical designs which usually utilize a sear directly manipulated by the trigger, electronic markers replace this mechanical linkage with a simple electronic or optical switch and circuitry that controls the cycling action of the marker. This dramatically increases rate of fire as the trigger's weight and travel are much reduced, and also allows for programmable "automatic" firing modes allowed in some tournament formats. Roughly coinciding with the introduction of electropneumatic markers was that of high-pressure air systems (HPA, sometimes called N2), which solve some problems inherent in using CO2 "constant air". Some mechanical and virtually all electropneumatic designs require the use of an HPA system. Motorized loaders were also developed, first to reduce the occurrence of hopper jams by incorporating an agitator, then by using belts or rotary feeders to "force-feed" a reliable stream of paintballs faster than gravity alone can feed them into the marker.
As paintball teams and tournament promoters began to market the idea of the game as a spectator sport, paintball fields began to transition from heavily forested areas with more natural terrain (known today as "woodsball") to open, flat arenas with artificial forms of cover (known as "speedball"). This allowed officials, spectators and television cameras to more easily see the action. It also allowed for symmetrical field designs, reducing the advantage one team may have over another due to terrain. "Bunkers" made from oil drums, plywood, plastic drainage conduit, and similar materials were common at first, and allowed creation of a wide variety of "scenario" fields containing houses or forts. However, such fields were difficult to reconfigure once set up, and injuries from collisions with these hard objects became more common as the pace of the game increased. Modern fields for most tournament formats now use inflatable bunkers tethered to the ground, a format known as "airball"; these features are easy to reconfigure, and being softer than wooden or metal bunkers are less prone to cause injury. Though "woodsball" and other more traditional fields with permanent terrain features are still very popular in recreational play, most paintball parks today, especially "home fields" of tournament teams, have at least one inflatable setup.
The paintball equipment used depends on the game type, for example: woodsball, speedball, or scenarioball, as well as on how much money one is willing to spend on equipment. Every player, however, is required to have three basic pieces of equipment:
1. Paintball marking:
also known as a paintball gun, this is the primary piece of equipment, used to tag an opposing player with paintballs. The paintball marker must have attached a loader or "hopper" to keep the marker fed with ammunition, and will be either gravity-fed (where balls drop into the loading chamber), or electronically force-fed. A marker will require a compressed air bottle or carbon dioxide for propellant.
2. Paintballs:
The ammunition used in the marker, paintballs are spherical gelatin capsules containing primarily polyethylene glycol, other non-toxic and water-soluble substances, and dye. The quality of paintballs is dependent on the brittleness of the ball's shell, the roundness of the sphere, and the thickness of the fill; higher-quality balls are almost perfectly spherical, with a very thin shell to guarantee breaking upon impact, and a thick, brightly-colored fill that is difficult to hide or wipe off during the game.
3. Mask or goggles:
Masks are safety devices players are required to wear at all times on the field, to protect them from paintballs.[13] They completely cover the eyes, mouth, ears and nostrils of the wearer, and masks can also feature throat guards. Modern masks have evolved to be less bulky compared with older designs.
4. "Pods" and "Pod packs":
With the advent of semi-automatic paintball markers, the number of shots fired in a game increased, eventually surpassing the capacity of most hoppers (generally 200 rounds). To increase carrying capacity, manufacturers started marketing "pods" with a rigid shell and flip-top lid that could carry 100 or 140 extra paintballs. To carry and quickly access these pods, various "pouches" that clip to a player's belt, or "harnesses" that incorporate a belt, are made that can carry any number of pods the player wishes, from one or two up to several.
5. Pads:
Playing paintball usually involves running, jumping, sliding, kneeling, and crawling in outdoor fields, sometimes in unkempt areas containing rocks, gravel and compacted dirt. To protect players' knees, elbows and hands, protective pads and gloves are often used, and specialized designs for paintball are marketed to provide protection without adding bulk or restricting movement. In addition, more sensitive areas of player's bodies such as the neck, collarbone, groin and similar can be given protective padding to prevent or reduce bruising. The use of such padding often increases the likelihood that shots will bounce off instead of breaking, so most tournament leagues strictly specify the type and amount of padding that is allowed.
6. Apparel:
Though virtually any clothing is acceptable, players tend to wear long pants and long sleeve shirts made of durable fabrics, to protect skin from abrasion with the ground or foliage and from direct impact of paintballs. Clothing that breathes well and wicks moisture away is preferable, as it is for most outdoor sports. A specialized set of clothing for speedball has been designed, derived from motocross apparel, and is produced by many manufacturers for both professional and amateur players. In woodsball and scenario games, camoflauge is common, and army-surplus BDU clothing is a common choice for the purpose. Some companies also produce paintball-specific camoflauge apparel for woodsball.
Regulated games are overseen by referees (or marshals[citation needed]) , who patrol the course to ensure enforcement of the rules and the safety of the players. If a player is marked with paint, they will call them out, but competitors may also be expected to follow the honor code; a broken ball means elimination. Field operators may specify variations to this rule, such as requiring a tag to certain body locations only – such as the head and torso only. There are game rules that can be enforced depending on the venue, in order to ensure safety, balance the fairness of the game or eliminate cheating.
a. Masks On
Even when a game is not in progress, virtually all venues enforce a "masks-on" rule while players are within the playing area. More generally, within any given area of the park, either all players'/spectators'/officials' masks must be on, or all players' markers must either have a barrel block in place or be disconnected from their gas source, to ensure that a paintball cannot be fired from any nearby marker and cause eye injury. Some fields encourage players to aim away from opponents' heads during play if possible; splatter from mask hits can penetrate ventilation holes in the goggles and cause eye irritation, close-range hits to the mask can cause improperly-maintained lenses to fail, and hits to unprotected areas of the face, head and neck are especially painful and can cause more serious injury.
b. Minimum distance
When being tagged, depending on the distance from where the shot was fired, getting marked can feel like a firm pinch. Being marked may even leave a welt. Because of the pain associated with being hit by a paintball, commercial venues may enforce a minimum distance rule; such as 15 feet (7.6 m), whereby players cannot shoot an opponent if they are closer than this distance. Many fields enforce a modified minimum distance rule called the "surrender rule"; a player who advances to within minimum range must offer his opponent the chance to surrender before shooting. This generally prevents injury and dischord at recreational games, however it is seldom used in tournaments as it confers a real disadvantage to the attacking player; he must hesitate while his opponent is free to shoot immediately. The act of shooting a player at close range is colloquially called "bunkering"; it happens most often when a player uses covering fire to force his opponent behind a bunker, then advances on that bunker while still shooting to eliminate the opponent point-blank.
c. Overshooting
Fields may discourage players from overshooting (also regarded as bonus balling, "overkill" or lighting up), which is to repeatedly shoot a player after they are eliminated from the game. It is also considered overshooting if a player knew the opponent was eliminated but continued to shoot, disregarding the safety of the opposing player and risking dangerous injury to others.
d. Ramping
Ramping is a feature of many electronic markers, where after a certain number of rapid shots or upon a threshold rate-of-fire being achieved by the player, the gun will begin firing faster than the trigger is being pulled. Ramping of rate of fire is widely prohibited at most paintball fields, however it is allowed in some tournament formats under specific conditions.
e. Wiping
Players may attempt to cheat by wiping paint from themselves, to pretend they were not hit and stay in the game.
(from any sources)
AIRSOFTER
Airsoft adalah sebuah olahraga atau permainan yang mensimulasikan kegiatan militer atau kepolisian, yang menggunakan replika senjata api yang disebut airsoft gun.
Permainan airsoft awalnya dimulai di Jepang pada tahun 1970-an, dimana kepemilikan senjata api sangat sulit atau tidak mungkin untuk didapatkan karena ketatnya peraturan, kemudian para pencinta senjata lalu mencari alternatif yang legal untuk melakukan hobi mereka. Dan sekarang kegiatan airsoft paling populer di Jepang, Tiongkok, Hong Kong, Taiwan, Macau, Korea Selatan, dan juga menyebar ke Filipina dan Indonesia.
Permainan airsoft juga sudah mulai populer in Amerika Utara dan Eropa, khususnya di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jerman, Austria, Swiss, Perancis, Spanyol, Polandia, Portugal, Swedia, Finlandia, Norwegia, Italia, Belgia (yang didatangi pemain dari Belanda karena di negara mereka airsoft ilegal), Denmark, dan Chili, dan semakin menyebar didukung dengan komunitas internet yang aktif.
Airsoftgun diciptakan untuk memenuhi hasrat pecinta senjata (positif) untuk mengalami pengalaman menembakkan senjata yang relatif aman untuk pengguna individu dan pengaplikasian strategi pertempuran dalam permainan perang-perangan/skirmish (war game) jika dalam suatu komunitas. Setiap komunitas yang baik dan bertanggung jawab selalu memiliki kode etik tersendiri, namun memiliki kesamaan prinsip demi keamanan dan kelangsungan hobi ini sendiri. Hobi ini termasuk hobi unik yang berbeda dengan hobi-hobi lainnya. Karena menggunakan alat permainan dan aksesoris lainnya yang merupakan replika dari senjata sebenarnya. Tampak dan kesan yang diperlihatkan dari alat permainan ini jika tidak bijak dalam memperlakukannya akan dapat merugikan orang lain dan pelaku hobi ini sendiri. Karena itu jika ada seseorang atau sekelompok orang yang tidak mematuhi kode etik penggunaan airsoft, mereka layak untuk tidak dianggap atau dikucilkan dari lingkup dunia hobi airsoft nasional maupun internasional.
Mainan airsoft atau airsoft gun, memiliki bentuk luar yang merupakan adopsi dari senjata api yang sering disalah artikan sebagai "replika". Pada kenyataannya airsoft gun bukanlah dan sama sekali berbeda dengan replika senjata api. Airsoft gun biasanya berukuran 1:1 (satu banding satu). Airsoft Toy Guns dibagi menjadi tiga jenis utama berdasarkan tenaga penggeraknya: spring (berpenggerak pegas), elektrik, dan gas. Pada jenis spring, peluru ditembakan oleh per, dan harus dikokang setiap sebelum menembak. Pada jenis elektrik, mainan menggunakan motor / dinamo elektrik yang dijalankan dengan tenaga baterai. Dan pada jenis gas, mainan dioperasikan dengan menggunakan gas tekanan tinggi, yang biasanya berupa campuran propana dan polysiloxane.
Peluru yang dipergunakan berbentuk bulat berbahan plastik padat dan biasa disebut BB (Ball Bearing). Ukuran butiran ini berdiameter 6 mm dengan berat bervariasi dari 0.12 gram sampai 0.25 gram. Ada beberapa ukuran khusus peluru berukuran tersebut mencapai berat 0.80 gram. Untuk yang terakhir ini umumnya tergolong airsoft yang penggunaaannya diawasi secara khusus, walaupun sangat jarang ditemui.
Karena permainan ini umumnya melibatkan saling tembak antar pesertanya, maka peralatan untuk melindungi anggota tubuh sangat diperlukan. Peluru airsoft ini pada umumnya ditembakkan pada kecepatan 200-400 kaki per detik (feet per second, fps), dan bila terkena mata dapat berakibat fatal. Oleh karena itu peralatan yang paling penting dalam permainan airsoft adalah pelindung mata dan wajah. Para peserta permainan harus melengkapi diri mereka dengan kacamata pelindung (goggle) atau topeng khusus untuk melindungi wajah (mirip dengan peralatan untuk paintball). Pakaian yang dipakai biasanya juga tebal agar mengurangi cedera atau rasa sakit.
Pakaian yang lazim dipakai adalah replika seragam satuan militer suatu negara, lengkap dengan loreng kamuflasenya. Selain pakaian, perlengkapan lain seperti rompi, helm, sepatu boot, dan sarung tangan juga diusahakan mirip dengan yang dipakai oleh militer dan kepolisian.Penggunaan replika seragam militer ini tidaklah bermaksud untuk meniru suatu kesatuan militer. Penggunaannya lebih kepada kepentingan penyamaran bentuk (kamuflase) agar tidak mudah dilihat lawan. Dalam penggunaannya sangatlah jarang ditemui pemain yang menggunakan seragam dinas dari negaranya sendiri, sebagai contoh airsofter Indonesia sangatlah jarang bermain menggunakan seragam TNI.
1. SKIRMISH (Wargame)
Kegiatan ini yang bisa dibilang peminatnya cukup banyak di Indonesia,skirmish itu bisa diartikan simpelnya sebagai WARGAME atau permainan perang-perangan.yaitu dimana ada beberapa grup yang dipisah dan bertugas untuk saling menyerang secara frontal ataupun tergantung dengan misi yang diberikan.cabang ini sangat memerlukan apa yang namanya sportifitas.karena tidak adanya tanda (marking) yang dapat menandakan seseorang itu terkena tembakan (HIT) atau tidak.Walau faktanya peminat kegiatan ini adalah yang paling banyak,pada kenyataannya kegiatan wargame di Indonesia sampai saat ini belum direstui secara hukum oleh pmerintah.jadi bisa dibilang kegiatan ini sekarang dilakukan secara underground atau mungkin lebih sopannya dapat dibilang masih berada di wilayah abu-abu.
2. TEMBAK REAKSI (Practical Shooting)
Kegiatan ini lebih mengentalkan kemampuan individual dalam kemampuannya menembak target yang berupa plate atau kertas pada suatu stage yang tidak terlalu luas,stage2 tersebut dibagi menjadi 3 macam yaitu: Short stage,Medium Stage,Long Stage.Penembak (shooter) dituntut untuk dapat menjatuhkan dan menembak target (plate dan paper) dalam waktu sesingkat,seefisien,dan seefektif mungkin dengan mendapatkan skor terbaik yang nantinya akan dibagi dengan waktu anda pada stage tersebut untuk mendapatkan HIT FAKTOR atau kalau dalam dunia pendidikan dikenal dengan IP (Indeks Prestasi).Cabang ini membutuhkan disiplin yang tinggi dari penggemarnya.organisasi internasional yang menaungi cabang ini adalah IPSC.Sedangkan untuk wilayah Indonesia sejak 20 Februari 2010 telah dinaungi oleh PERBAKIN jadi hanya kegiatan Tembak reaksi yang di Indonesia saat ini telah resmi legal alias tidak lagi berada di wilayah abu-abu.
3. GROUP/INDIVIDUAL TACTICAL a.k.a DWS (Double Weapon System)
Kegiatan ini hampir mirip dengan tembak reaksi namun dilakukan oleh sekelompok (walau ada juga yang dilakukan secara individu) yang dituntut untuk menghabiskan target yang ditentukan pada suatu field/stage/building yang diletakkan secara random (acak).Gamblangnya,kegiatan ini mirip dengan kegiatan pasukan SWAT dalam melakukan clearing target ketika latihan.cabang inipun banyak ragamnya dan namanya.untuk wilayah indonesia saat ini dikenal dengan DWS (Double Weapon System) dan IDPA.Untuk status hukumnya,sama dengan kegiatan wargame.
4. SNIPER
Kegiatan ini adalah kegiatan yang menguji kemampuan seseorang dalam membaca cuaca,geografis,dsb.serta kemampuan seseorang dalam menembak target dengan ukuran terbesar hingga terkecil,dalam jarak yang cukup jauh (untuk ersop) dengan ketepatan sepresisi mungkin.kesabaran dan ketelatenan mutlak dimiliki oleh ersopter yang ingin menguasai cabang ini. Kegiatan ini umumnya dilakukan di rumah yang lumayan luas.
5. GEARS OF WAR
Kegiatan ini bisa dibilang hampir tidak membutuhkan skill tapi lebih ke source.karena pada cabang ini,seorang ersopter dituntut untuk memiliki GEARS (seragam,perlengkapan,peralatan,dsb.) yang se-otentik mungkin dengan para serdadu2 yang ada di dunia.bisa yang classic ataupun yang modern,fiksi atau non-fiksi tergantung kegemaran masing-masing.kenapa source?karena tidak mudah dalam menemukan bagian-bagian yang diperlukan terutama untuk item-item yang bisa dibilang langka,selain sulit..kualitaspun menentukan.semakin tinggi tingkat maniak dari para penggemar gears ini,semakin tinggi juga tuntutan yang dihadapinya.yang jelas, para penggemar cabang ini nggak akan jauh-jauh dari yang namanya kamera.
6. MODDING
Kegiatan ini lebih fokus ke orang orang yang suka membongkar dan mengutak atik airsoft.target utama modding pun beragam,penilaian performa,penilaian otentik,penilaian eksotik.penilaian performa jelas,yang dilihat adalah hasil akhir dari modding tersebut,apakah sesuai dengan performa yg diminta.sedangkan penilaian otentik adalah penilaian yang menitik beratkan kepada penampilan ersop itu sendiri.seberapa otentik dengan unit2 real arm yang digunakan para militer atau law enforcement modern atau klasik.sedangkan eksotik adalah modding terhadap airsoft agar penampilan bisa se sexy mungkin..segarang mungkin.dibeberapa tempat ditambah kegiatan bongkar pasang airsoft tertentu.dihitung siapa yang paling cepat dalam bongkar pasang.
(di sunting dari berbagai sumber)
01 Juli 2010
SERET, TINGGAL
Tiga kilo meter serasa dekat, peluh ku menetes membasahi muka. Jam sembilan lewat lima belas menit pagi itu, tapi sudah seperti iklan susu kaleng ANLENE, berjalan kaki hampir seribu langkah. Tapi bedanya, kondisiku waktu itu mencari bengkel terdekat, motorku mogok. Di temani udara segar, ku seret motor itu dengan diam, kecapekan. Bengkel belum ada yang buka, kata penduduk setempat yang ku singgahi rumahnya tepat di tikungan jalan, ada satu bengkel yang sudah buka pagi sekali, tapi harus berjalan tiga kilo meter lagi ke arah timur. Serasa ingin menangis, aku lanjutkan perjalanan, tetap dengan posisi menyeret.
Hampir tidak mampu lagi untuk berjalan, ada satu warga yang lewat dan menyapa "kenapa dek motornya?"
10% KESEMPATAN, 90% KERJA KERAS
hargai waktu anda mulai sekarang!
banyak sekali perbuatan sia-sia yang sering kita ciptakan di kehidupan sehari-hari. Padahal anda dapat mengatur penempatan waktu hingga berjalan optimal dan tidak terbuang percuma. dari rutinitas penempatan waktu yang tepat tersebut, sebaik itu pula kita dikenalkan dengan kata kerja keras.
Kerja Keras merupakan energi kita. seseorang akan memiliki extra energi bahkan sampai lupa waktu saat sedang bekerja keras, walaupun dari komitmennya akan penempatan waktu, dia hanya menyisihkan dua atau tiga jam target waktu untuk bekerja. Bandingkan dengan mereka yang malas. Seolah-olah waktu berjalan sangat lambat. Energinya serasa terkuras habis, melaksanakan tugas seperti terpaksa dan akhirnya menyalahkan orang lain ketika ada yang belum dikerjakan.
sekian banyak ahli bisnis menyarankan kita untuk bekerja cerdas daripada bekerja keras. Tapi ketika saya di tanya, menurut saya seseorang yang bekerja keras adalah orang yang cerdas.
Selalu ada kesempatan untuk berubah.
pesan moral diatas adalah begitu banyak orang yang berfoya-foya dan menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Begitu banyak waktu dan energi yang dibuang untuk hal-hal yang kurang produktif.
Saya yakin, anda masuk dalam kategori pembuang waktu. Anda suka menonton televisi hanya untuk menyaksikan gosip selebritis? Anda orang yang asyik berpacaran dan bergaul tanpa mengenal waktu? dan yang lebih parah lagi, anda menghabiskan waktu di internet dengan alasan membuka facebook, twitter dan situs lain hingga melupakan kegiatan yang sudah di agendakan sebelumnya?
waktu tidak bisa menunggu. Hari-hari yang telah lewat begitu saja dan anda tidak mendapatkan apa-apa adalah hal yang harus di perbaiki. Waktu merupakan kesempatan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Sering ditegaskan bahwa salah satu hal mencolok yang membedakan orang sukses dan orang gagal adalah bagaimana mereka mengatur waktu.
Orang-orang gagal hanya akan duduk dan menunggu kesempatan, mereka berlomba-lomba mengisi waktu luang dengan berlibur, tempat hiburan dan nonton gosip selebritis di televisi. Kondisi keuangan mereka akan semakin menipis karena tidak di siasati bagaimana stop dan proses pengkondisian mengatur keuangan. pengeluaran yang tidak penting lebih besar ketimbang yang sesuai kebutuhan.
Sebaliknya, orang-orang sukses mulai menabur benih, memanfaatkan waktu, menyisihkan hasil dan ditabung, dan terus bekerja keras. Positifnya, dalam satu hari tidak mengeluarkan uang adalah suatu keuntungan, tapi bukan berarti hidup hemat dan pelit, tapi memposisikan keuangan dengan alamat yang tepat sesuai kebutuhan.
Itulah sebabnya, ketika orang-orang sukses menuai, orang-orang gagal hanya bisa menggigit jari.