Kupacu tungganganku menelusuri aspal yang lumayan berdebu. Pagi ini ada pertemuan dikantor yang harus kuhadiri, jadi paling tidak aku dapat sampai disana dengan waktu yang tepat dan yang pastinya selamat. jarak kantor yang kutempuh lumayan jauh dari kediamanku. dan sesekali aku menjeling ke arah spion untuk melirik manusia-manusia bermotor dibelakangku.
Tiba-tiba sebuah mobil menyalip dan menyenggol motorku yang masih asyik menelusuri jalanan. gedubrrakk!! Begitulah kira-kira bunyi yang kuingat saat aku jatuh dan merasakan hantaman aspal. Ini bukan adegan laga atau tontonan menarik dalam sinetron silat betawi, kawan. Ini diibaratkan kecelakaan kecil yang bikin aku mikir sesaat untuk menunggangi motor lagi.
Panik? aku kira tidak. aku tidak termasuk dalam kategori masyarakat panik. tidak seperti orang yang panik saat ada kenaikan BBM, atau orang yang panik saat listrik padam satu minggu, dan akan panik saat istri sedang melahirkan. Aku? sekali lagi tidak. aku cukup beradegan bangun dari jalanan itu dan membetulkan motor, dan sesekali mengelus perutku yang mulai membuncit. Aku bangga karena aku tidak panik seperti contoh diatas bahwa aku alumni frater kapusin parapat 1986-1987 yang terlahir dengan nama david pada tahun 8 mei 1966 di bengkayang. Jadi kepanikan itu tidak boleh ku siratkan, apalagi dijalanan. Hehe, hebat bukan. Presiden harus bangga punya masyarakat seperti aku, tetap tenang walau sudah di senggol mobil, tetap menuju tempat tujuan walaupun nanti sampai disana agak telat.
Motorku ku rem tepat di depan kantor. Lalu aku masuk dan kulihat mereka hampir seluruhnya berkumpul di Dangau Pefor kecuali Dede. Kelihatannya dia dapat tugas photocopy lembaran yang akan dibagikan kepada kami. dia baru saja selesai mem-photocopy saat jam makan siang kantor sebentar lagi tiba. Seingatku, dede baru bergabung dikantor setahun yang lalu saat program kantor kami belum sepenuhnya berjalan. Dede merupakan koordinator media di Lembaga YPPN. Mungkin hanya hal itu yang aku ketahui darinya, selebihnya tanya saja dia.
Pertemuan kami kali ini lumayan bikin otak jalan. Temanya Narative Reporting atau kalo tidak salah artinya Jurnalisme Sastrawi. Sebagian dari kami mendengarkan penjelasan dengan gaya menyimak masing-masing. selebihnya, ada yang sibuk mengutak atik HP, ada yang memelototi laptopnya tanpa dia sadari nyamuk telah menggigit dengan ganas keningnya, ada yang menulis penjelasan sambil menggambar sesuatu, ada yang minum lalu batuk dan kesibukan-kesibukan yang membuat kami tetap menjadi peserta dalam Journalistic Training sampai jam pulang kantor tiba.
Pada penutupan pertemuan kami kali ini, kami di beri tugas menulis yang lumayan bikin kami senyum-senyum sendiri. Yang mesti kami teliti adalah staff-staff Lembaga yang berada disekitar kami pada saat itu. Alasannya karena kami sudah kenal satu dengan yang lain. Dan mau tahu siapa yang menulis tentang aku? Ya, tepat sekali. Staff yang menulis tentang aku adalah dede. dia akan mengungkap semua apa yang yang diketahuinya tentang diriku. siapa aku, mengapa aku disini, dan bagaimana aku sampai disini. Seperti halnya mengutip ceritaku tentang PDKT dengan sesilia, ibu para anak-anakku dan mengikat janji pernikahan tahun 2000 kemarin. Kini buah hati kami Fortune dan Aurora, menjadi pelengkap keharmonisan rumah tangga kami di Raba, tempat kediaman kami saat ini. dan itu yang diungkap oleh dede sekarang.
Tiba-tiba sebuah mobil menyalip dan menyenggol motorku yang masih asyik menelusuri jalanan. gedubrrakk!! Begitulah kira-kira bunyi yang kuingat saat aku jatuh dan merasakan hantaman aspal. Ini bukan adegan laga atau tontonan menarik dalam sinetron silat betawi, kawan. Ini diibaratkan kecelakaan kecil yang bikin aku mikir sesaat untuk menunggangi motor lagi.
Panik? aku kira tidak. aku tidak termasuk dalam kategori masyarakat panik. tidak seperti orang yang panik saat ada kenaikan BBM, atau orang yang panik saat listrik padam satu minggu, dan akan panik saat istri sedang melahirkan. Aku? sekali lagi tidak. aku cukup beradegan bangun dari jalanan itu dan membetulkan motor, dan sesekali mengelus perutku yang mulai membuncit. Aku bangga karena aku tidak panik seperti contoh diatas bahwa aku alumni frater kapusin parapat 1986-1987 yang terlahir dengan nama david pada tahun 8 mei 1966 di bengkayang. Jadi kepanikan itu tidak boleh ku siratkan, apalagi dijalanan. Hehe, hebat bukan. Presiden harus bangga punya masyarakat seperti aku, tetap tenang walau sudah di senggol mobil, tetap menuju tempat tujuan walaupun nanti sampai disana agak telat.
Motorku ku rem tepat di depan kantor. Lalu aku masuk dan kulihat mereka hampir seluruhnya berkumpul di Dangau Pefor kecuali Dede. Kelihatannya dia dapat tugas photocopy lembaran yang akan dibagikan kepada kami. dia baru saja selesai mem-photocopy saat jam makan siang kantor sebentar lagi tiba. Seingatku, dede baru bergabung dikantor setahun yang lalu saat program kantor kami belum sepenuhnya berjalan. Dede merupakan koordinator media di Lembaga YPPN. Mungkin hanya hal itu yang aku ketahui darinya, selebihnya tanya saja dia.
Pertemuan kami kali ini lumayan bikin otak jalan. Temanya Narative Reporting atau kalo tidak salah artinya Jurnalisme Sastrawi. Sebagian dari kami mendengarkan penjelasan dengan gaya menyimak masing-masing. selebihnya, ada yang sibuk mengutak atik HP, ada yang memelototi laptopnya tanpa dia sadari nyamuk telah menggigit dengan ganas keningnya, ada yang menulis penjelasan sambil menggambar sesuatu, ada yang minum lalu batuk dan kesibukan-kesibukan yang membuat kami tetap menjadi peserta dalam Journalistic Training sampai jam pulang kantor tiba.
Pada penutupan pertemuan kami kali ini, kami di beri tugas menulis yang lumayan bikin kami senyum-senyum sendiri. Yang mesti kami teliti adalah staff-staff Lembaga yang berada disekitar kami pada saat itu. Alasannya karena kami sudah kenal satu dengan yang lain. Dan mau tahu siapa yang menulis tentang aku? Ya, tepat sekali. Staff yang menulis tentang aku adalah dede. dia akan mengungkap semua apa yang yang diketahuinya tentang diriku. siapa aku, mengapa aku disini, dan bagaimana aku sampai disini. Seperti halnya mengutip ceritaku tentang PDKT dengan sesilia, ibu para anak-anakku dan mengikat janji pernikahan tahun 2000 kemarin. Kini buah hati kami Fortune dan Aurora, menjadi pelengkap keharmonisan rumah tangga kami di Raba, tempat kediaman kami saat ini. dan itu yang diungkap oleh dede sekarang.
0 tanggapan:
Posting Komentar