Setiap perjalanan adalah bagian dari seluruh pelajaran yang sebelumnya saya temukan di sekolah terdahulu. Saya pernah membayangkan jika benih ilmu itu nyata, dapat di sentuh, di lihat dan disemai banyak petani di lahan yang subur tanahnya. Ketika perlu tambahan ilmu sebagai nutrisi, mereka dapat memetiknya sendiri ketika sudah ranum dan mengkonsumsinya secara rutin agar tidak kehabisan ide segar.
Ilmu begitu di minati banyak orang walau benihnya tumbuh dari bibit kecil, tapi penanamannya memerlukan proses pupuk kesabaran, tablet ketekunan dan air rendah hati. Kemudian setelah di campur jadi satu proses itu, petani harus mencari satu lagi alat penopang pertumbuhan ilmu yakni penawar benih yang dinamakan obat optimis sampai benih tumbuh dan siap panen.
Petani itu sebenarnya adalah kita. Benih tersebut kiranya dapat ditemukan dimana saja asal memahami kondisi dan belajar dari hal kecil kehidupan. Hanya saja kita sekarang hidup di alam nyata, bukan di alam perumpamaan seperti yang saya sebutkan tadi. Saya bersikeras perumpamaan tersebut menjadi wujud nyata dalam kehidupan manusia, agar menjadi lebih mudah untuk menemukan ilmu sehingga hasilnya dapat dirasakan ketika sudah lengkap tata cara untuk mencapai proses yang diinginkan.
Begitu pula, sering sekali saya bertemu dengan manusia yang latar belakang dan ilmu yang berbeda, walaupun tujuan mendapat pelajaran adalah satu yakni demi kepuasan batin dan tuntutan hidup. Profesi mereka adalah petani, pegawai negeri sipil, guru, mahasiswa, kondektur bis, pengamen jalanan, pejabat, wartawan, penjaga warung, hingga pengangguran. Saya selalu menjabat erat tangan mereka dan tersenyum ketika pertama kali bertemu, itu penghormatan kepada siapa saja yang saya temui. Saya yakin bahwa semua bangsa itu sama, yang membedakan mereka hanya profesi. Cara mendapatkan profesi itu sangat mudah jika memahami lingkungannya dan memiliki kesadaran untuk berubah, yakinlah jika anda akan betul betul mendapatkan peran itu, dan mereka yang telah bergelut dengan peran tersebut merupakan sosok pemberi ilmu.
Tapi semakin banyak saya kenal karakter dan profesi manusia, semakin banyak pula saya dengar keluhan yang mereka sering utarakan kepada saya. Ungkapan tersebut berupa luapan kebosanan yang mereka hadapi ketika bergelut dengan profesi yang mereka jalani. Mereka kebanyakan ingin beralih profesi ke peran yang belum pernah mereka jalani sebelumnya. Ada semacam perpindahan profesi dan biasanya tidak berlangsung lama. Ketika mereka mencoba beberapa saa t dan kemudian kembali pada tingkat jenuh, sehingga ada kerinduan untuk kembali menekuni profesi terdahulu dengan alasan mereka tidak menggeluti pekerjaan tersebut dengan optimal.
Dengan begitu, alam bebas ternyata mempengaruhi alam bawah sadar mereka untuk mencari gairah positif tentang ilmu. Saya banyak diajarkan cara menghindari rasa takut untuk mencoba, saya pelajari di kehidupan sehari hari dan juga membaca banyak buku, saya coba apa saja yang menurut saya bisa dikerjakan, walau dari kecil saya dibesarkan oleh lingkungan keluarga yang bermartabat. Semakin banyak saya mencoba banyak hal positif yang bisa dijadikan bahan pelajaran, disitulah perjalanan hidup saya di mulai.
Ketika orang sibuk berpindah profesi, saya sibuk dengan satu tujuan saja tapi hal tersebut rutin saya tekuni. Itu peluang terbaik menurut saya, sebab ilmu tidak akan bertambah jika saya bertahan di tempat yang sama terus menerus. Saya menerapkan kehidupan berpindah dan tranfer ilmu sejak sekolah dasar sambil menikmati manfaatnya tanpa memperhatikan hasil gaji dan resiko kerja atau kedudukan, yang penting ada kepuasan batin yang saya dapat, itu sudah cukup untuk melakukan pekerjaan.
Saya memulainya dengan berinteraksi dengan banyak orang, berdiskusi tentang apa saja yang saya perlu ketahui dan tanpa batasan kasta. Saya menjadi pendengar yang baik ketika teman berdiskusi saya terlalu banyak bicara, hingga orang tersebut meminta saya mengoreksi ucapannya dan meminta saran saya bagaimana menghentikan kalimatnya yang memenuhi mulutnya dan telinga saya. Jawaban saya hanya satu “SILAHKAN”.
Selain kebosanan, yang orang sering keluhkan yakni kesalahan. Hampir semua manusia yang saya temui memiliki krisis moral yang serupa. Saran saya, jangan pernah berhenti mencoba walaupun usaha sedang goyah, selalu ada solusi yang jadi jawaban atas tindakan asal tekun melaksanakan proses yang bertahap. Begitu banyak orang di luar sana yang begitu buruk keadaannya dibandingkan anda sekarang ini, tapi mereka tetap bangun dan mengejar mimpi mereka.
Anda baru akan terasa hebat jika sudah berhasil melakukan tahapan itu dan paham bagaimana cara mendukung mencapai hasil yang anda inginkan. Itulah ilmu, yang didedikasikan dalam pengalaman. Menurut Vernon Law, seorang filsuf, pengalaman merupakan guru yang paling kejam sebab ia menguji sebelum memberi pelajaran.
Yang terpenting sekarang adalah fokus, kunci tekun melaksanakan tugas dan membiarkan situasi luar tidak mengendalikan prilaku dan pikiran anda. Begitu banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan kehilangan keseriusan sebab tidak mempertahankan tujuan yang sudah ia inginkan sebelumnya. Menurut pepatah cina, jika ingin kemakmuran satu tahun tanamlah biji, jika ingin kemakmuran sepuluh tahun tumbuhkan pohon, jika ingin mempertahankan kemakmuran sepanjang hidup, tumbuhkan harga diri.
Jadi usahakan untuk mengenal diri anda, kurangi kecemasan, tingkatkan keyakinan, kemudian lihatlah hasil akhir jika anda serius mengerjakan sesuatu. Sebab tingkat ketegangan tinggi tidak baik, itu menurut saya. Dari hal tersebut, tenangkan diri, perbaharui pola pandang anda ke hal yang lebih membangun, rancang beberapa proses positif ketika melaksanakan tugas yang di emban, saat itu lah proses pemenuhan ilmu berlangsung.
Waktu kecil saya benci kata disiplin. Seringkali saya tidak patuh kepada orang tua saya jika di suruh tidur siang, mandi sebelum petang dan minum susu. Saya pikir itu hanya tugas sepele, tapi ternyata dengan hal kecil kita bisa menemukan hasil besar. Pelajaran yang saya dapat, lakukan tugas apapun dengan tulus, sepenuh hati maka hasilnya akan memuaskan, jangan sekalipun membatalkan niat jika belum mencoba. Managemen waktu dan tenaga yang salah terkadang menambah pekerjaan sehingga meniciptakan batasan waktu yang membuat kita harus terburu-buru untuk menyelesaikannya, jangan pernah menunda pekerjaan.
Ketika remaja, saya baru sadar jika manajemen waktu dan tenaga itu begitu penting bagi manusia. Contohnya ketika ujian berlangsung esok hari, saya belajar semalaman hingga larut, padahal pelajaran tersebut bisa di siasati dengan sedikit waktu saja, dengan belajar setiap harinya hingga waktu ujian tiba dalam durasi beberapa bulan, mungkin lebih baik ketimbang harus dikebut satu malam saja tapi hasilnya tidak optimal.
Mari, pelajari hal tersebut dan lakukan mulai dari sekarang!
12 Juli 2010
EKSPEDISI BENIH ILMU
Kawasan:
tetes tinta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 tanggapan:
Posting Komentar