PUBLISHED BY

alamuda

DESIGNED BY

jangan paksa aku berjalan jika aku ingin terbang

22 Maret 2011

HUJAN, ANAK KECIL SENANG, ORANG DEWASA SUSAH

Sore itu, aku berjanji menghantar keberangkatan sepupu dengan motornya ikut pelatihan. Padahal dari pagi hujan belum berhenti. Saat hujan mulai tidak beresiko (rintik-rintik kecil), kami pergi. Dalam jarak yang tidak begitu jauh, hujan turun lagi. Kami berdua sadar bahwa ada cadangan mantel di jok motor, kami keluarkan dan kami saling pandang sesaat, cadangan mantel cuma satu kawan.


Kemudian kami putuskan untuk pake setengah badan, aku yang di bonceng pake celana mantelnya, sepupuku pakai baju mantelnya. Jawabannya sederhana, apapun resikonya, tetap datang tepat waktu ke tujuan. Terkesan aneh memang, tapi mau apa lagi, hanya satu mantel yang ada, jadi pandai-pandai menutup diri biar tidak basah kena hujan. Kemudian kami jalan lagi.

Karena hujan disertai angin kencang, hanya satu dua kendaraan yang melintas menerobos derasnya hujan. Pandangan kami pun terbatas. Motor kami maksimal kecepatan 40km/jam, demi menguasai kondisi lapangan saat itu.

Tiba-tiba sebuah truk berukuran besar berada tepat di depan kami. Badan truk hampir memenuhi jalan raya. Kendaraan kami berjalan menepi, tapi celakanya truk tersebut maju melebar kesamping, dan Arrghh.... kami berdua berteriak (antara kesal dan takut kena percikan air hujan dari truk tersebut.

Mungkin karena panik, mulut kami menganga lebar, seperti menguap... splash.. air percikan dari truk yang ngebut itu masuk ke mulut kami. Seperti iklan permen nano-nano, rasanya beraneka ragam, antara asin, bau lumpur, campur pasir sedikit.
Yang lebih parah, sepupuku ternyata tertelan percikan air truk, hampir penuh mulutnya.

Setelah kami sampai ke tujuan, berceritalah sepupuku kejadian tadi, "Tuhan memang adil, saat aku kehausan, dia beri aku minum" katanya. WADUH???

0 tanggapan: