PUBLISHED BY

alamuda

DESIGNED BY

jangan paksa aku berjalan jika aku ingin terbang

15 Juli 2009

USIR SEPI JIKA SEPI DATANG LAGI

Kali ini bergerak ke arah tepian sungai bagian selatan, ketika tidak ada lagi daftar aktivitas ku yang dapat mengusir penat. Ku pacu laju kendaraan, berlomba dengan sengatan matahari yang bisa menghitamkan kulit. Tidak lupa seperti biasa, aku bekal tas ransel dari rumah, isinya kamera digital, Netbook Sony, buku tulis, pensil, Charger Nokia, Cokelat batang, air dingin mineral dan Buku Cerita Hiroshima. Berbekal itu semua, aku cari tempat penghilang penat itu selama dua jam, tapi yang ku dapat hanya lahan tandus bekas pemukiman penduduk yang sengaja di tinggal empunya.

Ku pandangi tempat itu agak lama, mungkin ada tempat rindang untuk rebah diri. Tapi setidaknya sudah ada beberapa tempat di sekitar itu yang aku kunjungi. Setelah itu aku lanjutkan lagi menelusuri tempat tersebut, makin ke selatan. Pandangan ku terhenti pada sebuah tepian dermaga di sana. Senyum ku terukir. Aku menambatkan kendaraan ku di pemukiman tak jauh dari sana. Untuk pergi ke dermaga itu, aku terpaksa jalan kaki.

Wuih sejuk angin menyegarkan otak ku. Makin senyum aku. Serasa orang bebas ketika tiba di sana. Aku langsung duduk di tepian, mengeluarkan air dingin mineral dan cokelat batangan yang aku simpan di ransel. Aku menikmati ketenangan sungai di dermaga itu. Sesekali dermaga di hantam ombak yang datang dari motor air yang bergerak hilir mudik mengangkut penumpang di ujung dermaga. Aku menikmati suasana seperti itu. Pikirku, jika kota pontianak jauh dari polusi seperti dermaga ini, aku pasti sanggup tinggal disana berlama-lama. Tapi sayangnya, seiring perkembangan teknologi dan sifat instant penduduk kota, polusi pula semakin mereka budidayakan.

0 tanggapan: