PUBLISHED BY

alamuda

DESIGNED BY

jangan paksa aku berjalan jika aku ingin terbang

08 Juni 2009

MENYIKAPI BANGSA INDONESIA CARA GUE


Manusia merupakan konsumen, pemahaman tersebut diterapkan sejak dulu hingga sekarang. Hal tersebut juga terjadi pada bangsa Indonesia kebanyakan. Sifat konsumtif sangat melekat di tubuh mereka. Terkadang sikap konsumtif tersebut sering sekali di salah artikan hamper seluruh orang. Jaman yang serba modern membuat orang-orang di sekitar kita akrab dengan sikap instant, pengennya cepat tapi gak perlu tahu bagaimana prosesnya. Orang-orang di buat manja akan hal ini. Terkesan asal jadi dan cepat puas. Alasan mereka memakai tata cara instant ini karena mengikuti jaman. Walhasil, pengaruh tersebut menjadi kegiatan musiman, bukan merupakan rutinitas yang mencetak hasil berkelanjutan.

Ada beberapa musim trend di Indonesia yang berlangsung cepat sekali booming dan seketika itu menghilang. Trend bagiku hanya memperparah keadaan jika tidak di sikapi dengan wajar dan tidak berlebihan.

Pertama, demam selular. Sebut saja namanya HP. Sekitar tahun 2001, HP mulai di kenal oleh beberapa petinggi Indonesia saja karena harga yang melambung tinggi. Hanya bangsa borjuis dan pengusaha kaya yang mampu menjangkau. Beberapa saat setelah itu, para artis mulai memakainya sekitar akhir tahun 2002 dan kemudian booming di pasaran sekitar akhir tahun 2003. Tapi HP belum menjadi kebutuhan primer tiap kalangan saat itu sebab masyarakat masih terbiasa korespondensi dan mengirim berita lewat surat pos. Tapi tahun 2004, HP mulai terbiasa di telinga masyarakat bahkan menjadi sarana yang tak terpisahkan. HP memiliki beberapa keuntungan dan memanjakan konsumen. Apalagi bisa di bawa kemanapun kemana saja kecuali mandi. Jangankan masyarakat ningrat, tukang becak dan penjual sayur keliling sudah punya barang tersebut.

Kedua, demam promo wakil rakyat. Hampir seluruh masyarakat menengah sampai ke bawah berbondong-bondong pajang poster gede di jalan raya, dari yang pajang pose wibawa sampai pake photo orang lain. Padahal, promosi bukan hanya modal tampang saja tapi juga harus di kenal bijak dan dekat dengan masyakarat. Kerugian tersebut berlanjut. Poster juga membuat tata kota tercemar, membuat pengguna jalan dan pengendara motor tersenyum meledek kearah poster. Ada juga poster yang sengaja di letak di sembarang tempat, hasilnya, ada yang di coret bahkan di koyak, sia-sia dan tidak mendidik. Coba berkampanye dengan cara sedikit membangun dan bermanfaat.

Ketiga, bisnis musiman. Di kotaku, kalo ada warung yang dagangannya laris, para tetangga lain berebut bikin warung juga, pengen ngubah nasib katanya. Alasannya biar tambah penghasilan. Padahal kalau di pikir siapa yang mau beli kalau hamper setiap rumah di gang-gang kecil punya warung sendiri-sendiri dirumahnya? Turis berdatangan? Jelas gak mungkinkan?

Ke empat, busana musiman. Nah, ini juga yang perlu di komentari. Setiap orang punya tata cara berpakaian yang beragam dan akan terlihat unik dan memancarkan kepribadian kita ketika cara berpakaian tersebut tidak meniru cara berpakaian orang sekitar, artinya tidak ikut-ikutan.

Ke lima, budaya mewabah internet. Ini juga dikategorikan musiman. Sejak Bill Gates mempublikasikan computer dan segala aplikasi pendukung di computer tersebut. Mulai dikenal jugalah jaringan layanan bernama internet. Jaringan tersebut dapat membuka persepsi bahwa apapun bisa di ketahui dan di mengerti lewat internet. Mulai dari mengirim surat elektronik, making design, gossip (chat) berjaringan sampai dengan cari bahan bacaan. Bagi pengguna internet, hal tersebut dijadikan kamus kedua bagi manusia masa kini, karena fasilitas internet yang memudahkan, para pengguna menobatkannya sebagai Sang Maha Tahu.

0 tanggapan: