PUBLISHED BY

alamuda

DESIGNED BY

jangan paksa aku berjalan jika aku ingin terbang

27 Maret 2009

ASSESMENT BERAKHIR


A
ssesment yang diadakan tanggal 16 maret sampai dengan 26 maret 2009 telah usai. menyisakan kenangan akan penilaian berharga dari tim assessor. Senang bisa berbagi pengalaman dengan mereka lewat beberapa materi yang tajam dan jelas. Mungkin pertemuan pada hari pertama agak canggung, tapi setelah melewati tahapan assesment selama 10 hari, layaknya orang berpacaran, kita mulai mengenal diri masing-masing dan orang lain didalamnya.



Selanjutnya...

25 Maret 2009

ATHIANG PINYUH CEPAT SAJI

Ketika lewat di bundaran terminal desa Pinyuh arah kota Mempawah Kabupaten Pontianak, ada sederet kawasan kuliner jalur kiri, salah satu rumah makannya bernama "ATHIANG". Tidak sulit mencari rumah makan ini karena di tandai dengan plang nama yang cukup besar jika di pandang dari kejauhan. Sajian makanan khas yang terkenal di tempat kuliner ini yakni nasi campur cepat saji dan air teh es manis. Sajian tersebut meningkatkan selera makan kita, apalagi jika sedang mengadakan perjalanan jauh.

Cara memesan makananpun sangat unik, belum sampai di dalam rumah makan, kita sudah di sambut dengan koki cepat saji yang murah senyum yang menawarkan menu di dekat tempat masak besar dilengkapi tungku dan sederet gantungan daging dan sayuran. Tempat masaknya terletak di depan rumah makan, jadi kelihatan cara penyajiannya. Harga nasi campur tersebut Rp 14.000,- saja.

Selanjutnya...

23 Maret 2009

MENGAPA MENULIS

terkadang tulisan telah mengambil peran terbaik dalam kehidupan kita. Tulisan tergantung apa saja yang ingin disampaikan kepada pembaca. gabungan kata tersebut menjadi pesan-pesan bermanfaat dan secara jelas menggambarkan aksi hidup. hampir seluruh orang di bumi ini cerdas meramu kata lewat tulisan. Seperti halnya pemberitaan media cetak, proses belajar mengajar di kelas, bercerita lewat buku harian pribadi sampai dengan pengiriman pesan lewat handphone.

Pengalaman ini membuat kita membahas minat masyarakat tentang hal mengenal tulisan. Artinya tulisan tersebut mempengaruhi perkembangan informasi masyarakat kebanyakan dan seringnya tulisan malah menempati posisi kurang tepat dalam pengaruh dunia pendidikan. Tapi setidaknya tulisan telah berusaha mempengaruhi cara berpikir manusia pada umumnya.

Seorang wartawan berkata kepada saya "Biarlah tulisan mewakili dirinya dalam hasil publikasi ke masyarakat".

Tulisan wajib mengungkap realita yang sedang terjadi di masyarakat, tidak ada yang disembunyikan. Fakta umum lainnya, tulisan membuat kaya. Seperti halnya perusahaan jaringan terbesar www.google.com yang memuat begitu banyak dokumen serta artikel penting elektronik tentang berbagai tulisan. Perusahaan jaringan tersebut akhirnya "di babtis" oleh setiap pembacanya dengan julukan "Sang Maha Tahu" hanya karena koleksi tulisannya telah memberi masukan teknis pada setiap pembacanya.

Terapan komunikasi lewat tulisan ini juga akan memberi berbagai pemahaman publik bagaimana mengolah ide segar dan mengetahui perkembangan sekitar karena misi utama tulisan adalah mengungkap kebenaran. Hasrat mendasar terhadap kejujuran ini begitu besar perannya dan ada sejak manusia ada. Seperti yang dituliskan di Perjanjian Baru Kitab Yohanes, pada awalnya adalah kata. Istilahnya para wartawan jaman dahulu membawa berita demi kelangsungan hidup manusia dan perubahan. Tiap cerita baginya selalu di tulis melalui sudut pandang berbeda dari berbagai penulis, cara bercerita merekapun menurut kegemaran pribadi.

Untuk itu, mulailah mengungkapkan hal kecil lewat tulisan. Percayalah, apa yang anda tulis hari ini akan menjadi dokumen penting pada tahun mendatang.

Selanjutnya...

07 Maret 2009

PESTA BALIHO

Kini ada trend baru di negara Indonesia, yakni pesta baliho. Banyak dari orang-orang yang tidak pernah kita kenal sebelumnya berlomba-lomba untuk pasang pose terbaik mereka ditempat umum seperti jalan raya, pusat perbelanjaan sampai gang kecil. Kegiatan tersebut terjadi guna menyambut pemilihan umum yang akan diadakan 9 april 2009 nanti. Haha,gaya mereka pun beraneka ragam demi menarik perhatian penjalan kaki dan pengendara yang lewat. Ada yang bergaya seperti model sampul majalah, ada yang bergandengan dengan mengusung pentolan partainya, ada juga yang hanya pake gambar artis bahkan sampe photo anaknya dibawa-bawa. Semuanya jadi gila pose. Semuanya ingin di kenal orang tapi tidak ada sedikitpun andil mereka untuk masyarakat sekitar, apalagi pembangunan daerah.

Entah apa jadinya jika semua orang ingin berlomba-lomba ingin dipublikasikan, asal ada kesempatan untuk mejeng mereka langsung muncul laksana artis lokal. Padahal kegiatan pasang baliho ini jelas-jelas mengganggu keindahan tempat-tempat umum. Bahkan biaya cetak baliho juga tidak kalah besarnya, tetapi tetap saja mereka memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berpesta menyambut pemilihan umum. Terkadang pohon, halte bus serta tiang listrik di jalan raya sebagai salah satu fasilitas umum juga ikut terkena imbas tempelan stiker muka mereka.

Selanjutnya...

05 Maret 2009

ELECTRIZE STINGING

This story about two day ago, when I precisely at home a friend, I lodge because have to finish the duty. Truly rather lateness to go home become I set mind on to lie with them there. Completed watch on TV with them in family room, I go to bathroom to clean the face and clean my feet because will sleep early then them. The bathroom location is rather far from their family room. When I was in bathroom, I start to look for the knob on off around bathroom pillar, because rather dark and my eye truly didn’t look object clearly, so I just groping and searching where is the “saklar”.

My hand fixed move to grope pillar. After a few moments are works, my fingers find the “saklar” cable. At that time I am just hoping quickly to find “saklar” so that I able to clean the face swiftly because I felt sleepy once. But something is stinging my finger. I am as in nipping by something. The lamp still stand by. But its occurrence so quickly and I frighten. My hand is weak. I scream to hold up because I am surprising. My hand is quit of the cable is. My bloods emit a stream of hand on my right.

Occurrence of that night invites my friend and his family to draw near me. Is in the distance heard, my friend call my name. She said that hear my scream, and direct go run to the bathroom. My friend and their family ask me what is going on. I had just smiling, but they know if I was painfulness, visible of my face like as pale and my hand is weak. They order me to drink water and sit that make me calm.

My friend says that their bathroom its just clothes in repairing because knob of saklar has many problems, such as light and that cables. Thus to anticipatory electrize stinging, they remove "saklar" in other pillar, the correct place of strategic correctness according to them, but I don't know that. They apologize to me that not to give advice beforehand of repair of this chamber. Ought to before I go to bathroom, they have to give the information to me that effect. We discuss elaborately subject of occurrence stinging at the same time look on TV again. My eye didn’t want to sleepy again. I just remembered by the occurrence that goes on the quickly, it seem like nightmare.

So in order not to forget, I write down this event in paper as well as my personal website so that is experience that not to promiscuously grope the pillar when room still in repair. Then day morrow, there are some friends read my article in personal website. They answer to concerning matters, especially give the interesting message that will overcome so those not to electrize stinging. They also load the story in their personal website which equal to me. They start laugh with my story. They also give various comments that invite laugh, suggestion and criticism why people created electrics.

This is unforgettable experience for me and my friend family. After that day, I’ve play again to my friend house. Over there, her family receives me with open arms. They remembered occurrence electrized yesterday. But after that occurrence, my family friend started to quicken repair of their electric current to bathroom. I just answer it with smile. For me that experience is commemoration so that always warn me to do careless. The effect generated by electrics sting to human body is muscle spastic, breath desist, not regular heartbeat, singe mount three, matter shall ugly and death. Possible you can assist to save her soul, or if you, who are stung, please pray who someone near by you and you must read this for anticipation.

Honestly, since that occurrence, I seldom grope any around.

Selanjutnya...

04 Maret 2009

KELUARGAKU DAN IDEALISME

“semua darah dagingku tidak pernah kubedakan. Ku beri pancing untuk kalian berusaha dalam hidup, bukan umpan yang langsung jadi”
(Bapakku, Agustus 2002)


Bapakku, seorang pensiunan Pegawai Negeri Sipil yang terkenal kental otoritasnya di keluargaku. Beliau juga Abdi Negara yang terlalu patuh aturan, hampir separuh hidupnya dihabiskan di meja kantor, ditumpukan berkas. Bahkan berkas-berkas tersebut hampir memenuhi lemari kerja serta kamar tidurnya.

Dulu beliau terkenal dengan sifat dingin, sering memaksakan kehendak serta bertemperamen amat keras. Tapi satu hal yang ku pelajari dari beliau, idealis dan jujur. Beliau selalu menganjurkan kami untuk menghukum diri sendiri jika salah ataupun bertindak gegabah. Waktu kecil, aku dan abangku sering merasakan didikannya. Tidak pernah ada waktu Bapak untuk bercanda dan pergi liburan dengan keluarganya. Sosok sang workaholic sejati menurutku. Tapi kini, tidak satupun yang mengenal sosok yang kusebutkan tadi. Kami anak-anaknya, tetangga kami bahkan orang-orang yang pernah dibantunya. Tinggallah sosok yang letih, pelupa dan sering panik. Aku sedih jika ingat masa-masa itu.

Boleh dibilang aku jarang berkomunikasi pada mereka sebab separuh hidupku kuhabiskan dengan beraktivitas di luar rumah. Bahkan kuambil keputusan untuk tidak tinggal bersama mereka lagi. Pertimbanganku begitu banyak, salah satunya beban pekerjaan. Bukan enyah begitu saja masa indah bersama mereka di rumah, tetapi ingat masa depanku untuk apa.

Pekerjaan inilah sebabnya mengapa aku menulis seperti sekarang.

Aku senang dengan kebebasan dengan batasan-batasan positif yang ku anut dengan tetap bersikap apa adanya. Aku melalui hidupku dengan berbekal sikap Bapak yang idealis tanpa mengesampingkan masa mudaku. Kuhabiskan hari-hariku dengan aktif di organisasi dan pekerjaan media yang ku anggap tak pernah usai.

Dari kecil hingga saat ini aku masih senang menulis. Menulis apapun yang ku anggap penting dan harus di mengerti. Seringkali aku menghabiskan waktu dengan buku dan pulpen. Aku merupakan manusia yang hanya bisa bercerita dengan tulisan. Aku tergolong orang yang takut penolakan ketika mengungkapkan sesuatu. Jadi ku tulis saja di kertas, jika di minta baru kubacakan. Perkara selesai. Orangtuaku saja menganggapku anak yang tidak pernah bisa untuk basa basi seperti halnya saudaraku yang lain. Mungkin karena didikan keras dari Bapak dan Abang tertuaku.

Oya, abang tertuaku juga sama kerasnya dengan sifat Bapak. Saking kerasnya, pernah waktu aku masih duduk di kelas III SD di tampar hanya gara-gara tidak mengerjakan PR sekolah. Bagiku dia terlalu angkuh untuk menjadi seorang saudara. Semasa dia sekolah saja, semua permintaannya harus di turuti. Semoga saja sekarang dia sadar atas kekhilafannya terdahulu.

Karena Bapak dan abang tertuaku terlanjur kuperkenalkan, maka sekalian saja ku bahas tentang ibuku.

Sosok ibu menurutku tidak berbeda jauh dengan ibu di masyarakat kebanyakan. Sosok yang tegar, pekerja keras dan tidak pernah putus asa dengan segala persoalan rumah tangga. Aku suka dia. Lembut dan selalu mengajarkan kami bagaimana membagi kasih dengan sesame yang memerlukan. Terkadang beliau mengeluh kepadaku jika keuangan keluarga berada di masa sulit, tetapi tetap saja ada cara bijaksana darinya untuk mencari tambalan uang supaya dapur tetap ngepul. Aku salut dengan kegigihannya itu, hanya saja aku tidak seperti beliau.

Aku pemalas dan penyakitan. Jika bekerja terlalu keras atau lembur, besoknya pasti panas tinggi bahkan sampai mimisan di hidung. Keadaanku selalu begitu jika terlalu banyak beraktivitas. Aku terdoktrin dengan setting dunia monoton. Bangun pagi jam 8, bersih-bersih kamar, mandi setengah jam kemudian pergi ke kantor hingga jam 4 sore, setelah itu baru lanjut mengurus organisasi sosial sampai larut malam. Begitu seterusnya dan tak perlu kuceritakan berulang-ulang.

Untuk pekerjaan itu, aku di kantorku di percayakan sebagai coordinator media yang bertugas untuk design kalender, cetak bulletin Teladan Anak Kalimantan yang terbit tiap bulan, update website kantor, cetak buku kegiatan dan check email. Semua terjadwal dengan rapi sebab kalau tidak, aku bakal lalai. Maklum aku orangnya pelupa jika tidak terjadwal atau di catat. Dulunya aku kewalahan karena semua dikerjakan sendirian, tetapi kini ada beberapa staff yang sedia membantu.

Abangku yang ketiga sangat khawatir dengan keadaanku saat ini.

Masih muda dan hidup jauh dari orang tua pula, itu katanya. Sering ia berbicara denganku lewat telepon, kadangkala ia mengirimkan SMS motivasi bagaimana berjuang hidup. Hanya dia yang dekat denganku dari kecil. Umurnya lebih tua dua tahun dariku. Karena itulah, dia kujadikan tempat mengadu sekaligus abang yang paling kuandalkan jika berbagi cerita hidup. Bersama keluargaku, aku membangun idealism sejak usia dini.

Sebelumnya, abangku yang satu itu sudah merasakan apa saja yang kukeluhkan padanya. Tadi barusan ia menelpon tentang keseharianku saat ini. Hampir satu jam dia berbicara padaku lewat telepon. Obrolan kami mendadak serius ketika menanggapi menanggapi pekerjaan kami di kantor. Katanya seperti kerja paksa, dalam istilah jepang romusa. Padahal mimpiku tidak ingin menjadi “kuli” bagi siapapun, tetapi mengapa tetap kukerjakan. Abang bilang tidak jaman lagi bersikap idealis karena sikap tersebut tidak membuat kita kaya malah membuat kita jadi “pesuruh” orang lain saja.

Sikap idealis baginya hanya sikap yang menunggu dan jalan di tempat sambil meratapi nasib. Padahal aku menjadikannya ikon idealis di keluargaku, tapi itu dulu sebelum dia lulus tes Pegawai Negeri Sipil di kabupaten empat tahun yang lalu. Kini dia memandang idealis sebagai sikap yang benar-benar di makan usia, kuno. Aku sempat kaget, tetapi kemudian mengerti kenapa sudut pandangnya seperti itu tentang arti idealism sebenarnya.

Katanya, Bapak pernah bilang padanya bahwa jaman sekarang untuk bertahan hidup tidak diperlukan lagi idealisme. Lihat keadaan Bapak dan pengabdiannya terhadap Negara dahulu, mati-matian untuk jujur dipekerjaannya tetapi malah tidak di anggap oleh atasan. Maka dari itulah, abang berharap padaku untuk tetap jujur tetapi jangan terlalu berfikir idealis dan diam saja ketika di tindas atasan di tempat kerja. Harus punya sikap dan etos kerja. Disela-sela pembicaraan kami, abang memintaku untuk meninggalkan pekerjaanku sekarang. Kerja tidak pernah setimpal dengan hak yang di dapat. Dia kesal padaku sebab jika bekerja aku tidak pernah membantah untuk mengerjakan apapun dan terlalu polos untuk bekerja tanpa memandang secara professional pekerjaan-pekerjaan itu.

Abang tahu aku ingin buka usaha sendiri supaya tidak jadi “kuli” orang lagi. Dia berjanji jika aku berhenti dari pekerjaanku sekarang, dia akan berusaha mencarikan aku pekerjaan yang layak. Aku tahu itu pilihan, tapi harus di sertai pertimbangan dan keputusan yang tepat. Aku berharap ijazah D3 bahasa inggrisku berharga. Percuma kuliah jika tidak dipergunakan. Akupun mulai membangun mimpi untuk itu semua. Harapanku, aku bisa menjadi interpreter sekaligus pengusaha besar di negaraku. Aku bingung menetukan hidup.

Abang juga berbicara tentang banyak hal. Tentang kemandirian, tentang jati diri, tentang pengorbanan dan tentang pegangan hidup. Hamper habis baterai HP ku meladeni abang berbicara. Kami juga berbagi informasi tentang musik dan teknologi. Kegemaran kami sama, sama-sama suka musik dan teknologi. Baginya hidup harus tetap berkarya dan berkembang sesuai dengan zaman tanpa terbentur umur. Mimpinya dulu ingin menjadi Drummer kondang dan masuk dapur rekaman. Tapi sekarang malah kecantol di bidang pemerintahan, jadi abdi Negara juga kayak Bapak. Abangku yang satu ini sudah banyak makan asam garam kehidupan. Dua kali Drop Out di dua Uneversitas yang berbeda. Aku tidak berani bertanya mengapa dia seperti itu. Padahal sewaktu dia kuliah, Bapak hanya mengandalkan uang pension untuk membiayai seluruh biaya hidup keluarganya.

Kami harus bersama-sama merasakan masa sulit keluarga. Saat Bapak pension, abang yang kedua naik pelaminan dan perlu biaya besar untuk mengadakan pesta pernikahan. Padahal aku baru lulus SMA dan harus kuliah menyusul abangku yang ketiga.

Sempat ada perasaan cemas tidak di sekolahkan.

Tapi Bapak baik. Dia tetap berusaha agar aku lanjut kuliah walaupun hanya Universitas yang biayanya paling murah dikotaku.

Saat itu semua perlu biaya. Untuk biaya bertahan hidup keluarga, untuk biaya masuk Universitasku, untuk biaya kuliah abang ketiga, untuk biaya pernikahan abang kedua, dan untuk biaya terapi abang tertuaku. Semua Bapak yang tanggung dengan sisa gaji pensiunnya yang sudah di potong oleh pemerintah daerah untuk tunjangan tak jelas. Bahkan ibuku rela jualan baju keliling kecamatan dan masuk hingga pelosok kampong sambil berjalan kaki di terik matahari. Kadang-kadang jika waktu luangku banyak, aku ikut berjualan dengan ibu. Aku sangat tertekan dengan masa genting seperti itu, tidak tega. Tetapi aku tidak berdaya saat itu sebab aku baru masuk kuliah.

Tapi setelah masuk semester empat, aku mulai memberanikan diri untuk bolak-balik Koran mencari lowongan kerja. Seingatku dengan berbekal ijazah SMA dan transkrip nilai, aku memasukkan lamaran kerja di tiga tempat yaitu rental pengetikan, stasiun radio lokal dan sebuah Bank swasta. Sebulan setelah pengumuman, aku di terima di dua tempat, rental pengetikan dan di stasiun radio lokal. Mulailah aku mengatur waktu untuk itu semua. Pagi menyiar di radio, siang mengetik di rental dan malam aku kuliah. Begitu seterusnya dengan harapan biaya kuliahku terpenuhi. Terkadang jika biaya kuliah banyak, aku minta bantuan pelunasan uang kuliah dengan abang kedua karena dia sudah bekerja di rumah sakit swasta di kotaku.

Begitu seterusnya aktivitasku hingga lulus kuliah. Kemudian aku berhenti dari pekerjaanku terdahulu, aku lanjut menjadi guru les intermediate tingkat SMA sekaligus pemusik kafe terapung dikotaku. Aku sibuk bekerja sampai lupa membangun relasi dengan teman-teman sepermainanku.

Sekitar tahun 2004, setelah berhenti dari sana, aku mulai mengutak atik internet otodidak dan mulai menjual design websiteku ke orang-orang. Promosinya lewat situs pertemanan seperti friendster.com, hi5.com, juga lewat websiteku sendiri. Promosiku juga sampai ke perusahaan makanan dan produk pakaian yang ingin memasarkan barangnya ke masyarakat. Senang sekali membicarakan hal ini karena peruntunganku besar waktu itu.

Tapi keinginanku untuk traveling sangat besar jadi aku memutuskan untuk bergabung di lembaga sosial yang mengurusi isu perdamaian di Kalimantan Barat. Aku bergabung disana dari tahun 2006 hingga sekarang. Tapi karena beberapa kendala teknis kantor, Aku dianjurkan untuk mengakhiri masa kerjaku disana oleh abang.

Sampai sekarang aku masih tetap dengan diamku. Apa yang terjadi selanjutnya jika aku tidak berfikir idealis. Aku percaya keadilan aka nada jika aku tidak diam seperti sekarang ini. Paling tidak memberikan shock therapy bagi sebagian orang jika tahu akan gebrakanku.

Selanjutnya...

02 Maret 2009

SLANK MENGGUNCANG PONTIANAK

Stadion Sultan Syarif Abdurahman di padati para slankers dan slanky dari berbagai daerah di Kalimantan Barat. Sebelumnya Slank mengadakan konferensi pers di Hotel Santika sebelum memulai Konvoi damai bareng Slank yang bertepatan dengan launching motor yamaha Vega ZR yang tanggal 2 februari 2009 kemarin di gelar. Dan konvoi Damai bareng Slank digelar jam 13.00 wib kemudian bersama dengan para bikers yamaha dan klub motor lainnya yang ada di Pontianak. Sekitar 17 belas ribu orang penonton saling berdesak-desakkan memadati lapangan. Tak henti-hentinya mereka menyuarakan damai dengan mengacungkan dua jari ke udara.

Konser kali ini memakai pasport Slank yang berfungsi sebagai karcis untuk masuk ke dalam Stadion. Pasprot Slank ini berisi Personal Data penonton, Personal Diary Slank, Peta Kawasan Yamaha Konvoi Damai Bareng Slank, warning do and don't, Lembaran Tanda Tangan Personel Slank, Lembaran Cap Masuk dan tersedia pula lembaran catatan.

Bendera Slank melambai-lambai dan terlihat kokoh mengiringi tembang-tenbang manis dari Slank Band, antara lain tembang Generasi Biru,Terlalu Manis English Version, Gosip Jalanan, Khilav, Orkes Sakit Hati, Ku Tak Bisa, Tong Kosong, Gara-Gara Kamu dan Kamu Harus Cepat Pulang. Pada saat tembang "ORKES SAKIT HATI" dikumandangkan, Kaka meminta lima slanky untuk naik kepanggung dan berjoget bersama personil Slank.

Pada kesempatan ini pula, Slankers Fans Club (SFC) Sintang diresmikan dengan pemotongan tumpeng bersama di panggung dan pelepasan burung merpati ke udara. Para slankers dan slanky yang memadati stadion Sultan Syarif Abdurahman tersebut berdatangan dari berbagai wilayah seperti SFC Sambas, SFC Singkawang, SFC Sintang, dan SFC Pontianak. Antusiasme dan rasa persaudaraan mereka terlihat saat ketika Kaka dan Bim Bim mengajak bernyanyi bersama sambil menyuarakan pesan damai.

"Kami konvoi dengan skuter dari Sintang menuju Pontianak dengan membawa tumpeng demi peresmian organisasi kami" menurut Tedy selaku ketua SFC Sintang sambil mengepalkan tangan kanan ke dada.

Selanjutnya...

01 Maret 2009

KONGRES PEREMPUAN KALIMANTAN PERTAMA

Saatnya perempuan bersuara,perempuan bergerak untuk perdamaian dan keadilan di kalimantan. Begitulah sepenggal kalimat sebagai penghias bunga yang dibagikan para perempuan disekitar bundaran UNTAN tepat jam 2 sore kemarin. Kegiatan ini di gelar pada tanggal 26-28 februari 2009 di Hotel Merpati. Massa perempuan bergerak dari tempat kegiatan menuju bundaran dengan berjalan kaki menempuh perjalanan kurang lebih setengah kilometer. Perempuan yang bergerak menuju bundaran Universitas Tanjungpura tersebut dikelompokkan dengan berbagai identitas diri seperti Perempuan Petani,Perempuan Masayarakat Adat, Perempuan Buruh, Perempuan Pedagang Kaki Lima/Usaha Kecil, Perempuan Miskin Kota, Perempuan dalam Sistim Pemerintahan, Guru Perempuan, tetapi tetap saja identitas umum perempuan dimasyarakat dikenal dengan sebutan Ibu Rumah Tangga, dan secara terpisah diberangkatkan dengan empat kloter komisi yang nantinya akan memnuhi empat sudut tugu bundaran Universitas Tanjungpura dlaam menyuarakan hak nya sebagai perempuan.

Harapan perempuan dalam Kongres Perempuan Kalimantan pertama ini adalah perempuan berani bersuara dan maju bersatu dalam jaringan untuk perdamaian dan keadilan. Harapan ini dirumuskan oleh seluruh peserta kongres setelah malam keakraban 25 februari 2009 kemarin. Menurut Nurfauzah dari Sekuduk, baginya damai adalah dapat makan, ibu-ibu bisa menyekolahkan anaknya, hidup sehat, punya pendapatan layak, tidak ada kekerasan, terlibat dalam membangun desa dan tentunya dapat berkumpul seperti ini (maksudnya melakukan pertemuan kelompok/diskusi bulanan) untuk saling berbagi informasi dan cerita.

Sesuai runut kegiatan, di mulai dengan penyambutan Deputi Kementrian Komisi Pemberdayaan Perempuan Dra. Sri Danti, Ma di pelataran Hotel Merpati tempat kegiatan kongres Perempuan Kalimantan berlangsung, di sambut meriah dengan tarian penyambutan tamu oleh penari sanggar SAPE’ serta pengalungan selendang kain tenun ikat sintang oleh dua orang perwakilan panitia pelaksana dengan mengenakan baju adat dayak sebagai perwakilan khas kalimantan, penari mengantar Deputi Kementrian menuju tempat duduk yang telah disediakan.

Narasumber yang di undang dalam seminar sehari ini antara lain, Silvana, Julia Kham dari Institute Dayakology, Dra.Sri Danti,MA selaku Deputi Kementrian Bidang Pemberdayaan Perempuan yang membahas Kebijakan Nasional tentang Hak Hak Perempuan untuk Perdamaian dan Keadilan Gender, Tekla Tirah Liah dari Yayasan Nurani Perempuan dengan materi Perempuan Merajut Perubahan, dan Elen peserta dari Kabupaten Landak sebagai salah satu perwakilan peserta berbagi cerita tentang Hak Perempuan dalam Keluarga dan Masyarakat dalam seminar sehari yang di gelar sehari setelah pers release oleh Panitia Pengarah dan wartawan di berbagai media lokal.

Dalam seminar sehari tersebut, diadakan Tanya jawab antara narasumber dan peserta seminar. Seperti halnya ibu Tri dari Kabupaten Bengkayang yang bertanya tentang korban yang melapor apakah dijaga kerahasiaannya oleh Bimbingan Konseling. Yuliati dari kabupaten sanggau dan Susana dari KWI Keuskupan Agung Pontianak menanyakan langkah–langkah apa saja agar tidak terjadi kesenjangan dan sejauh mana peran serta pemerintah dalam merealisasikan perdamaian dan keadilan gender di Kalimantan serta peserta lain yang menanyakan tindak lanjut Forum Pemberdayaan Wanita.

Menurut Julia Kham, salah satu panitia pengarah mengatakan bahwa kegiatan Kongres Perempuan Kalimantan Pertama ini merupakan mandat dari Konsultasi Regional Kalimantan II ( KRK II) diadakan bulan Mei 2007, yang diselenggarakan oleh Aliansi NGO untuk Perdamaian dan Rekonsiliasi (ANPRI). Menurutnya pula bahwa damai merupakan proses pemenuhan hak-hak asasi sosial, budaya, ekonomi, lingkungan dan politik seluruh kelompok masyarakat secara adil, terutama perempuan.

Tekla menuturkan tentang Periode perintis (1997-1999), diskusi formal maupun informal 10 orang perempuan sebagai bentuk upaya membangun kesadaran yang “sesungguhnya” yang dalam konteks gerakan perempuan tidak tersentuh, fakta bahwa persoalan perempuan terjadi dan di alami perempuan setiap detik kehidupannya. Keterlibatan peran perempuan sebagai pemelihara bumi dalam konteks pertanian tetap menjadi tradisi di akui oleh adat maupun masyarakat (laki-laki). Juga di dalam kehidupan lain seperti mengurus rumah tangga dan pekerjaan rumah lainnya.

Menurutnya pula bahwa kaum perempuan perlu meningkatkan daya kritis terhadap isu-isu lingkungan, isu perdagangan perempuan dan anak-anak, isu tata kelola pemerintahan serta terlibat dalam perencanaan dan penganggaran daerah. Jika itu terwujud maka muncul bentuk kesadaran dan keyakinan melakukan tindakan bersama (kaum perempuan sebagai pemilik kepentingan), untuk keluar dari berbagai bentuk ketidakadilan. Gerakan tersebut akan lebih luas dari kegiatan organisasi. Gerakan terus bertumbuh menuju arah cita-cita yang lebih besar dan jangka panjang dalam tatanan hidup yang berkemanusiaan dan bermartabat.

Menurut kepala badan pemberdayaan perempuan, anak, masyarakat dan keluarga berencana provinsi kalimantan barat di sela presentasinya menjelaskan bahwa kebijakan pemerintah provinsi dalam mendorong hak-hak perempuan untuk perdamaian dan keadilan perempuan Kalimantan Barat pada umumnya tidak terlepas oleh budaya Pemenuhan kebutuhan dasar (sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan), Kegiatan usaha produktif, Akses terhadap sumberdaya sosial dan ekonomi, Pembebasan diri dari mental dan budaya miskin menurut penggolongan kualitas hidup manusia.

Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan dilakukan dengan menghapuskan diskriminasi terhadap perempuan untuk menuju kesetaraan dan keadilan gender dengan memahami Konvensi CEDAW yang diratifikasi dengan UU No.7 Tahun 1984 Tentang Penghapusan segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita. UU ini merupakan Payung kebijakan yang terkait dengan 12 kritis Aksi Beijing hasil konferensi tahun 1995, juga sebagai landasan operasional MDG’s.

Terlepas dari semua itu, dalam realitasnya juga perempuan (terutama wilayah pedesaan) adalah pelaku utama sektor pertanian, namun umumnya, perempuan tidak memiliki akses dan kontrol secara langsung kepada alat produksi dan hak untuk mengambil keputusan. Peran perempuan disini sebagai penyedia pangan keluarga. Kondisi inilah yang mendasari kegiatan Kongres Perempuan Kalimantan pertama ini dan menggali potensi yang dimiliki oleh kelompok masyarakat perempuan, di samping membangun mitrakesejajaran dengan kaum laki-laki. Tidak hanya pangan, perempuan juga dibebani dengan permasalahan traficking, kekerasan dalam rumah tangga dan kurangnya akses pendidikan dikalangan perempuan.

Pemicu dari hal-hal tersebut adalah mengakar budaya patriarkhi (budaya yang menomorsatukan kaum laki-laki di segala bidang kehidupan, sehingga mensubordinasikan perempuan dengan memposisikan pada wilayah domestik). Proses sosialisasi budaya patriarkhi terjadi pada kehidupan pribadi sehari-hari seperti di dalam keluarga; Masyarakat dan Negara, sehingga secara sadar ataupun tidak terjadinya diskriminasi, ketidakadilan terhadap sebagian besar perempuan. Lelaki dan perempuan memang berbeda tetapi tidak untuk dibeda-bedakan, menurut Ibu Dra.Sri Danti,MA selaku Deputi Kementrian Bidang Pemberdayaan Perempuan.

Kemudian keesokan harinya di gelar Kongres yang terbagi atas empat Komisi yang membahas tentang visi misi, program kerja sebagai awal dari tindak lanjut kegiatan dari Kongres Perempuan Kalimantan ini.

Keesokan harinya, parade kemudian dilaksanakan setelah makan siang selesai, tepatnya jam dua sore. Para peserta dan panitia bersama-sama turun kejalan dengan berjalan kaki menuju bundaran Universitas Tanjungpura.

Theresia hanya, seorang ibu delegasi dari Kalimantan Timur berkali-kali menyerukan orasi tepat di bundaran UNTAN dengan mengajak para peserta untuk bersama-sama menegakkan hak perempuan dengan lagunya yg berjudul tarian sobat. "sobat sekalian,selamat bertemu ditempat ini. Tunjukkan persatuan sejati. Inilah jalan lurus, tujuan perdamaian dan menghasilkan segala kemajuan." Setelah orasi dan pembagian bunga selesai,peserta memenuhi lingkaran bundaran dengan bergandeng tangan dan sesekali mereka berteriak hidup perempuan.

Seorang polisi menghampiri aksi itu dan bergumam kepada salah satu panitia komisi A, katanya "istri saya dirumah tidak dikekang, malah saya bebaskan dari segala tugas rumah, tapi tetap aja saya was was kalo liat aksi kayak gini, takut istri berontak minta haknya". Nah lo, pak polisi tetep aja mikir kok bisa aksi kayak gini dipentaskan dibundaran Universitas Tanjungpura.

Selanjutnya...