PUBLISHED BY

alamuda

DESIGNED BY

jangan paksa aku berjalan jika aku ingin terbang

16 September 2008

NASI BEKAL

Untuk kesekian kalinya saia duduk di depan monitor laptop dengan mata yang makin memerah. Jam dinding tidak henti-hentinya mengingatkan bahwa saia harus menghentikan kegiatan mengetik. Sudah setengah dua sore rupanya. H382 saia bergetar, kelihatannya ada SMS masuk. Sambil menuju ke WC untuk pipis, saia buka SMS itu. "kuliner yuk,bentar lagi saia jemput" ada seorang teman baik yang mau traktir, tumben hari gini. Saia buru-buru mandi. Tak lama dia datang. "Udah siap?" Saia mengangguk lalu berlagak minta dibonceng (soalnya biasanya saia yang bonceng). Tanpa basa-basi, Kemudian kami langsung tancap gas menuju wisata kuliner.

Waktu menunjukkan pukul lima sore, tapi kami masih saja mencari tempat yang nyaman untuk berkuliner ria. Perut saia sudah dangdutan dari tadi. Sangat tragis memang, tapi perjuangan untuk mendapatkan tempat yang pantas masih belum memberikan sinyal. Tiba-tiba motor terhenti. "Kayaknya bensin habis" katanya sambil turun. Saia tertawa tertahan. Nasib kami memang sama. Motor perlu bahan bakar buat jalan. Saia perlu isi perut buat tambah tenaga. Teman saia juga perlu isi bahan bakar buat otaknya, hehe. Dongkol saia. Emosi saia terpaksa disimpan, soalnya gak baik juga untuk kesehatan. Emosi tersebut saia tampung untuk menghabiskan makanan,biar tangkas tangannya.

Setelah menggilir acara dorong-dorongan motor, kami menemukan kios bensin kecil. Saia melepas lelah dibangku lusuh di samping kios tersebut. Keringat berlomba dengan rasa capek. Hehe, nasib mujur. Pemilik kios itu menyodorkan kue dalam rantang. Katanya sih bekal yang sengaja disiapkan istrinya dari rumah.

Saia jadi teringat dengan kebiasaan saia sewaktu masih duduk di Sekolah Dasar (SD) sampai meninjak bangku Kuliah. Ibu tidak pernah absen untuk membungkuskan bekal walaupun isinya hanya nasi putih dan sambal goreng. Nasi bekal buatan beliau tersebut yang menghantarkan saia menjadi orang sukses seperti sekarang.

Rindu sebenarnya kalo mengingat itu semua. Sekarang ibu sudah jarang membuatkan nasi bekal untuk saia. Tupper wear tempat menyimpan nasi bekal juga masih ada di kamar, tidak disimpan kemana-mana. Anggap saja itu nostalgia saia dan keluarga.

(Itu makanya saia terpaksa tidak meneruskan cerita ini, takut bernostalgia sendiri)

0 tanggapan: