PUBLISHED BY

alamuda

DESIGNED BY

jangan paksa aku berjalan jika aku ingin terbang

13 Juli 2008

EMOSI VIA WEEKEND

Kemarin kami baru saja mengadakan weekend bersama setelah sekian lama tidak berlibur bersama. Demi kegiatan yang memerlukan kebersamaan, maka kami mempersiapkannya dengan mengorbankan waktu dan tenaga. Tapi setelah hari yang ditentukan, peserta yang berangkat lebih sedikit dari peserta yang kami targetkan sebelumnya. Walaupun begitu kami tetap melaksanakan kegiatan dengan kapasitas yang ada. Harapan kami, jumlah peserta tidak mempengaruhi jalannya kegiatan.

Sesampainya di penginapan, acara kami gelar seperti layaknya liburan, sedikit permainan dipantai menjelang sunset dan masak bersama sebelum "sharing" dimulai. Setelah makan malam barulah kami berkumpul di sebuah dangau yang menghadap pantai untuk mengadakan sharing bersama. Pertama-tama, dialog tersebut berjalan seperti biasanya tetapi dialog mulai memanas karena moderator mulai "ngomong ngawur" dan "diulang-ulang". Kejanggalan ini rupanya di sebabkan oleh minuman keras yang di konsumsinya sebelum mengadakan dialog. Dialog terpaksa kami hentikan jam 11 karena sudah larut. Akhirnya satu persatu dari kami menuju penginapan yang tidak jauh dari tempat pertemuan.

Kami mulai bersiap-siap untuk tidur. Tiba-tiba, sang moderator masuk ke penginapan dan menyuruh seperempat dari kami untuk keluar, alasannya karena dia berprasangka sebagian dari kami menjelek-jelekkan dirinya hanya karena dia "pengkonsumsi minuman keras" diantara kami yang ada disitu. Kamipun mejelaskan dengan terbuka apa yang kami bicarakan sebelum tidur, tetapi dia tidak percaya. Keadaan itu mulai memanas saat itu. Saya, salah satu orang yang terlibat adu mulut dengannya, menyembunyikan kegeraman saya. Tapi tidak tahu mengapa, kegeraman saya memuncak dikala dia berceloteh segar tentang semua kegagalan dirinya yang disebabkan oleh organisasi kami. Tiba-tiba pula tangan saya sekuat tenaga meninju dinding penginapan, semua kaget. Saya kesal sekali waktu itu dan tidak bisa ditahan lagi. Saya pikir lebih baik kehilangan satu organ tubuh saya daripada kehilangan satu orang teman.

salah satu pengalaman ini membuat saya ingin sekali belajar bagaimana mengendalikan emosi karena saya adalah seseorang yang tidak bisa menguasai diri. Kita perlu tahu bahwa: "Sabar = Kunci Pengendalian Emosi". Kendalikan emosi dengan mengubah persepsi (cara pandang) & prosedur (pendekatan dan tindakan). Memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Belajarlah mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. menjaga keseimbangan pikiran /perasaan kita.. ini dapat tercapai jika kita sadar bahwa kepuasan ada dalam diri kita sendiri bukan tergantung pada unsur2 diluar diri kita.

Pikiran adl alat yg menguasai dan mengendalikan panca indra. Panca indra kita mengumpulkan info dr sekeliling mengenai hal yg kita suka dan kita tidak suka. Pikiran suka ato tdk suka ini akan mengacaukan keseimbangan pikiran kita lalu mulai menghilangkan kedamaian hati kita n memunculkan emosi kita ....jadi untuk menguasai emosi/mengontrolnya ajaklah pikiran kita kearah pikiran yng benar, lalu diteruskan ke perbuatan yang benar, itu akan mencegah masuknya segala pikiran yang tdk berguna. Mengurangi berbagai keinginan dan mengendalikan diri dalam pikiran dan perbuatan akan membuat kita mampu mengontrol emosi kita...... hendaknya dalam diri kita agar selalu ditanamkan rasa kebajikan, kedamaian, kebenaran,kasih dan tanpa kekerasan

kadang-kadang jawaban diatas benar semua.. mau yang garing nihhh.."Beli Remote Control "tekan off kalo anda lagi emosi hehehe, ayooo yang baca dilarang emosi lho...

0 tanggapan: